PENILAIAN AUTENTIK
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar
Belakang
Penilaian
(Assessment)
Penilaian
merupakan bagian dari komponen evaluasi yang penting dalam proses belajar
mengajar di samping komponen-komponen yang lainnya. Mengingat dengan penilaian
dapat diketahui bagamana proses belajar-mengajar berlangsung, faktor-faktor
yang menghambat atau mendorong pencapaian tujuan belajar, bahkan penilaian
dapat diketahui tingkat keberhasilan suatu kegiatan belajar mengajar.
Penilaian
yang dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah assessment berarti menilai sesuatu. Menilai itu berarti mengambil
keputusan terhadap sesuatu dengan mengacu kepada ukuran tertentu seperti
menilai baik-buruk, sehat-sakit, pintar atau bodoh dan sebagainya.[1]
Linn
dan Gronlund memberikan pengertian penilaian adalah suatu istilah umum yang
meliputi prosedur yang digunakan untuk mendapatkan informasi tentang belajar
siswa (observasi, rata-rata pelaksanaan tes tertulis) dan format penilaian
kemajuan belajar.[2]
Widoyoko menyatakan bahwa penilaian dapat diartikan sebagai kegiatan
menafsirkan atau memaknai data hasil suatu pengukuran berdasarkan kriteria atau
standar maupun aturan-aturan tertentu. Dengan kata lain, penilaian dapat juga
diartikan sebagai suatu kegiatan pemberian makna atau ketepatan kualitas hasil
suatu pengukuran dengan cara membandingkan data hasil pengukuran dengan
kriteria atau standar tertentu.[3]
Reynolds,
Livingston dan Wilson mengatakan assessment
is an integral component of the teaching process. Assessment can and should
provide information that both enhances instruction and promotes learning.[4]
Penilaian adalah bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran.
Penilaian dapat dan akan memberikan informasi tentang peningkatan pengajaran
dan pengetahuan. Lebih lanjut Reynolds, Livingston dan Wilson mengatakan, assessmen is any sistematic procedure for
collecting information that can be used to make inferences about the
characteristics of people or objects.[5]
Menurut Permendikbud No. 81 A Tahun 2013
Penilaian adalah prosedur yang sistematis untuk mengumpulkan informasi yang
dapat digunakan untuk membuat kesimpulan tentang karakter manusia atau objek.
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan
menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan
secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi dalam
pengambilan keputusan.[6]
Penilaian merupakan bagian penting dan tak terpsisahkan dari dalam sistem
pendidikan saat ini.
Dari
uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penilaian merupakan suatu proses
kegiatan yang direncakan dan dilakukan secara sistematik dengan menggunakan
berbagai cara dan alat dengan tujuan memperoleh informasi untuk memberikan
nilaia kepada siswa dengan membandingkan kemampuan siswa dengan kriteria yang
telah ditentukan guna mengetahui pencapaian kompetensi siswa serta membantu
siswa untuk membuat keputusan dalam proses pembelajaran.
B. RUMUSAN
MASALAH
1. Apa
pengertian Penilaian Autentik ?
2. Bagaimana
Teknik Penilaian Autentik ?
3. Bagaimana
Penilaian Autentik yang digunakan dalam kurikulum 2013 ?
C. TUJUAN
1. Untuk
mengetahui pengertian penilaian autentik
2. Untuk
mengetahui bagaimana teknik penilaian autentik
3. Untuk
mengetahui penilaian autentik dalam kurikulum 2013
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Penilain
Autentik / Assessmen Autentik
Assessmen
atau penilaian autentik adalah salah satu bentuk assessmen yang meminta peserta
didik untuk menerapkan konsep atau teori pada dunia nyata. Autentik berarti
keadaan sebenarnya, yaitu kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh
peserta didik.[7]
Johnson menyatakan bahwa penilaian autentik mengajak para siswa untuk
menggunakan pengetahuan akademik dalam konteks dunia nyata untuk tujuan yang
nyata.[8]
Sedangkan Jacobsen menyatakan penilaian
autentik secara langsung mengukur performa siswa melalui tugas-tugas
”kehidupan-nyata”.[9]
Penilaian
autentik menurut Basrowi dan Siskandar adalah proses pengumpulan informasi oleh
guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan anak didik
melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan, atau menunjukkan
secara tepat bahwa tujuan pembelajaran telah benar-benar dikuasai dan dicapai.[10] Menurut Kunandar asesmen autentik adalah
kegiatan menilai peserta didik yang menekankan pada apa yang seharusnya
dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrumen penilaian yang
disesuaikaan dengan tuntunan kompetensi yang ada standar kompetensi (SK) atau
kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD).[11]
Sedangkan Majid menyatakan bahwa penilaian autentik adalah proses pengumpulan
berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan siswa.[12]
Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar dapat
memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan baik.
Assessmen
autentik berbeda dengan assessmen tradisional dalam beberapa aspek. Pada
assessmen tradisional peserta didik cenderung memilih respon yang tersedia,
sedang pada assessmen autentik peserta didik menampilkan atau mengerjakan suatu
tugas. Pada assessmen tradisional kemampuan perpikir yang dinilia cenderung
pada level memahami dan menerapkan, serta fokusnya adalah pada guru. Pada
assessmen autentik kemampuan berpikir yang dinilai adalah pada level konstruksi
dan aplikasi dan fokus pada peserta didik. Bukti level kemampuan peserta didik
pada assessmen tradisional adalah tidak langsung, sedangkan pada assessmen
autentik bukti kemampuan peserta didik adalah langsung, yaitu bisa diamati.[13]
Lebih
lanjut Mardaphi menjelaskan bahwa assessmen autentik bertujuan untuk mengetahui
kompetensi yang dimiliki oleh peserta didik. Kompetensi yang dimiliki bersifat
multi dimensi oleh karena itu semua dimensi tersebut sedapat mungkin diukur.
Dimensi kemampuan peserta didik yang paling sederhana adalah kemampuan
kognigtif, psikomotorik, dan afektif.[14]
Oleh karena itu, ketiga aspek tersebut harus dilakukan assessmen. Hasilnya
berupa profil peserta didik. Hasil ini digunakan untuk menyusun strategi
belajar selanjutnya.
Selanjutnya
Kunandar menjelaskan bahwa dalam assessmen autentik selain memperhatikan aspek
kompetensi sikap (afektif), kompetensi pengetahuan (psikomotorik) serta variasi
instrumen dan alat tes yang digunakan juga harus memperhatikan input, proses
dan output peserta didik. Penilaian hasil belajar peserta didik juga harus
dilakukan pada awal pembelajaran (penilaian input), selama pembelajaran
(penilaian proses), dan setelah pembelajaran (penilaian output).[15]
Beberapa
prinsip menurut Hayat antara lain : (1) proses penilaian harus merupakan bagian
yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran, bukan bagian terpisah dari
proses pembelajaran (a part of, not a
part from, intruction); (2) penilaian harus mencerminkan masalah dunia
nyata (real word problem); (3)
penilaia harus menggunakan berbagai ukuran, metoda, dan kriteria yang sesuai
dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar; dan (4) penilaian harus
bersifat holistik yang mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran
(kognigtif, afektif, dan sensori-motorik).
Nitko
menjelaskan ada empat fitur yang harus dimasukkan ketika merancang assessmen
autentik, yakni (1) emphasize aplications,
yaitu assessmen autentik yang menilai apa yang dapat dilakukan siswa, selain
menilai apa yang siswa ketahui, (2) focus
on direct assessment, yaitu langsung menilai apa yang menjadi tujuan
pembelajaran, (3) use realistic
problems, yaitu tugas yang diberikan harus realistis yang dialami siswa dalam
kehidupan sehari-hari, dan (4) encourage
open-ended thinking, yaitu tugas yang diberikan harus bersifat terbuka,
sehingga menuntut siswa untuk menemukan lebih dari satu jawaban yang benar.[16]
Intinya
dengan assessmen autentik, pertanyaan yang ingin dijawab adalah “apakah peserta
didik belajar?”. Bukan “Apa yang sudah diketahui peserta didik?”. Jadi peserta
didik dinilai kemampuannya dengan berbagai cara, tidak hanya dari hasil ulangan
tertulis. Prinsip utama asesmen dalam pembelajaran tidak hanya menilai apa yang
diketahui peserta didik, tetapi juga menilai apa yang dilakukan peserta didik.
Penilaian itu mengutamakan penilaian kualitas hasil kerja peserta didik dalam
menyelesaikan suatu tugas.
Guru
dapat menerapkan berbagai teknik penilaian dalam penilaian autentik yang
disesuaikan dengan karakteristik dan tuntunan materi atau kompetensi. Suatu
materi atau kompetensi dapat diukur atau dinilai oleh lebih dari satu teknik
penilaian dengan catatan teknik penilaian tersebut sesuai dengan tuntunan dan
karakteristik kompetensi tersebut. Berikut ini ada beberapa teknik penilaian
yang umumnya digunakan antara lain: (1) penilaian kinerja atau unjuk kerja, (2)
penilaian tertulis, (3) penilaian produk, (4) penilaian proyek, (5) penilaian
sikap, (6) penilaian diri. Namun untuk memfokuskan bahan kajiannya berikut ini
hanya akan dijelaskan assessmen autentik bentuk proyek dan bentuk unjuk kerja.
1.
Penilaian
Proyek
Penilaian
proyek sering disebut pendekatan proyek adalah investigasi mendalam mengenai
suatu topik nyata.[17]
Penilaian proyek merupakan kegiatan terhadap suatu tugas yang harus
diselesaikan dalam periode atau waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu
investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian,
pengolahan, dan penyajian data.[18]
Hal yang sama juga disampaikan oleh Kusaeri, penilaian proyek merupakan
kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan seorang atau
sekelompok siswa dalam periode atau waktu tertentu.[19]
Tugas tersebut berupa kegiatan sejak perencaaan, pengumpulan data,
pengorganisasian, pelaksanaan tugas, pengolahan, dan penyajian produk (bila
berupa barang dan jasa) dan laporan tertulis. Proyek juga akan memberikan
informasi tentang pemahaman dan pengetahuan peserta didik pada pembelajaran
tertentu, kemampuan peserta didik dalam mengaplikasikan pengetahuan, dan
kemampuan peserta didik untuk mengkomunikasikan informasi.[20]
Penilaian proyek dapat dilakukan pada semua mata pelajaran dan disemua jenjang
pendidikan. Dengan proyek tersebut akan didapat informasi tentang pemahaman dan
pangetahuan siswa pada pembelajaran tertentu.[21]
Ada
tiga hal yang perlu dipertimbangkan dalam penilaian proyek yaitu: (1) kemampuan
pengelolaan yaitu kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari
informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan, (2)
relevansi, yaitu kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan
tahap pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran, dan (3)
keaslian, yaitu proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil
karyanya, dengan mempertimbangkan konstribusi guru berupa petunjuk dan dukungan
terhadap proyek peserta didik.[22]
Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan dan pembuatan
spesifikasi proses suatu proyek yaitu: (1) pemilihan topik: pemilihan topik
dilakukan berdasarkan petunjuk dan arahan guru. Hal ini bertujuan agar siswa
dapat memilih topik yang sesuai sehingga topik yang dipilih tidak terlalu luas
atau terlalu sempit, (2) pembuatan diagram terhadap topik yang dikenai proyek:
penggunaan diagram bertujuan untuk mempermudah siswa di dalam melihat hubungan
antara ide atau topik yang diproyekkan. Diagram ini merupakan representasi
visual dari hubungan koseptual yang sangat bermanfaat di dalam perencanaan
proyek., (3) pembuatan rincian tahapan kerja: kerja dirumuskan oleh guru dengan
cara memberikan lembar kerja proyek kepada siswa. Tujuannya agar siswa dapat
membuat kerangka proyek beserta strategi kerjanya., dan (4) monitoring terhadap
kerja proyek.[23]
Menurut
Bastari dan Witjaksono, kemampuan yang diperoleh siswa melalui proyek yaitu:
(1) kemampuan merencanakan dan mengorganisasikan penelitian, (2) kemampuan
bekerja dalam kelompok, (3) kemampuan untuk melaksanakan tugas secara mandiri,
(4) kemampuan mengidentifikasi dan mengumpulkan informasi, (5) kemampuan
menganalisis dan menginterpretasikan data, (6) kemampuan melaporkan/meyampaikan
hasil.[24]
Untuk
meningkatkan mutu dari penilaian proyek, maka guru membuat kriteria yang memuat
kompetensi penting dan mencatat penilaian tersebut secara sistemati. Kriteria
penilaian yang jelas merupakan dasar dari petunjuk penilaian proyek. Ada tiga
cara yang dapat dilakukan guru dalam melakukan penilaian proyek, yaitu:
penilaiaan holistik, skala penilaian analitik, dan pencatatan dengan cheklist.[25]
Penilaian
proyek dapat diterapkan di kelas oleh guru sebagai sarana untuk mengembangkan
dan megamati sejauh mana siswa terampil dalam menyusun suatu perencanaan,
penyelidikan, dan melakukan analisis terhadap kerja proyek yang diberikan.
Penilaian proyek dapat menilai keterampilan maupun pengetahuan yang memerlukan
aplikasi, seperti: merencanakan dan mengorganisasi penelitian, bekerja dalam
kelompok, dan penyelesaian masalah. Adapun manfaat penilaian proyek menurut
muslich, yaitu: (1) keterampilan penyelidikan secara umum, (2) pemahaman dan
pengetahuan dalam bidang tertentu, (3) kemampuan mengaplikasikan pengetahuan
dalam suatu penyelidikan, dan (4) kemampuan menginformasikan subjek secara
jelas.[26]
Sama
halnya seperti bentuk-bentuk penilaian yang lain, penilaian autentik bentuk
proyek juga memiliki kelebihan dan kelemahan. Beberapa kelebihan antara lain: (1) peserta didik lebih bebas mengeluarkan ide, (2)
banyak kesempatan untuk berinteraksi, (3) mendidik peserta didik lebih mandiri
dan bertanggung jawab, (4) meringankan guru dalam pemberian materi pelajaran,
(5) dapat meningkatkan reativitas peserta didik, (6) ada rasa tanggung jawab
dari peserta didik terhadap tugas-tugas yang diberikan, dan (7) guru dan
peserta didik lebih kreatif.[27]
Sedangkan kelemahannya antara lain: (1) untuk kelompok peserta didik yang
kurang bertanggung jawab hanya titip nama (tidak terpantau), (2) didominasi
oleh peserta didik yang mampu bekerja (padai), (3) tidak dapat terpantau oleh
guru, (4) hasil yang dicapai kurang maksimal (karena sering menunda-nunda
pekerjaan), (5) hasilnya kurang objektif, (6) dalam proses belajar mengajar
(PBM) akan banyak menghabiskan waktu, (7) tugas yang dibuat belum tentu hasil pekerjaan
peserta didik, dan (8) berat (bagi peserta didik) apabila semua guru memberi
tugas (harus ada kolaborasi)[28]
Berdasarkan
teori-teori di atas, dapat disimpulkan bahwa penilaian proyek adalah suatu
kegiatan menilai terhadap suatu tugas yang dilakukan pada periode atau waktu
tertentu. Kegiatan menilai ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
pemahaman dan kemampuan siswa dalam mengaplikasikan pengetahuan, menerapkan
konsep dan pemahaman terhadap mata pelajaran, serta dapat mengkomunikasikan
informasi yang didapat mulai dari perencanaan, pengumpulan data,
pengorganisasian, pengolahan, dan penyajian data.
a. Teknik Penilaian Proyek
Penilaian
cara ini dapat dilakukan mulai dari perencanaan, proses selama pengerjaan
tugas, dan terhadap hasil proyek. Dengan demikian guru dapat menetapkan hal-hal
atau tahapan-tahapan yang perlu dinilai, sepeerti penyusunan desain,
pengumpulan data, analisis data, kemudian menyiapkan laporan tertulis. Laporan
tugas atau hasil penelitiannya juga dapat disajikan dalam bentuk poster.
Pelaksanaan penilaian ini dapat berupa daftar cek (cheklist) atau skala rentang (rating
skala).[29]
2.
Penilaian
Unjuk Kerja
Salah satu bentuk penilaian
yang menjadi penilaian alternatif dalam menilai aktivitas dan kemampuan siswa
adalah penilaian kinerja atau unjuk kerja. Penilaian unjuk kerja secara
sederhana dapat dinyatakan sebagai penilaian terhadap kemampuan dan sikap siswa
yang ditunjukkan melalui suatu perbuatan.
Widoyoko mendefinisikan bahwa penilaian kinerja merupakan penilaian dilakukan dengan
mengamati kegiatan siswa dalam melakukan sesuatu. Dengan istilah yang sederhana
penilaian kinerja dapat diartikan sebagai penilaian terhadap kemampuan siswa
yang ditunjukkan melalui suatu perbuatan. Dalam pengertian yang lebih luas
penilaian kinerja dapat diartikan penilaian terhadap perolehan, penerapan
pengetahuan dan keterampilan yang menunjukkan kemampuan siswa dalam proses
maupun produk.[30]
Pendapat yang sama juga disampaikan oleh Sudaryono, penilaian unjuk kerja
merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik
dalam melakukan sesuatu.[31]
Menurut Nitko assessmen
kinerja adalah A performance assessment
is a procedure in which you use work assignments or task to obtain information
about how well a student has learned.[32]
Yang artinya, bahwa penilaian kinerja adalah sebuah prosedur dimana anda
menggunakan tugas kerja atau tugas untuk memperoleh informasi tentang seberapa
baik siswa telah belajar. Sementara itu, Majid menyatakan bahwa penilaian
kinerja adalah suatu penilaian yang meminta siswa untuk melakukan suatu tugas
pada situasi yang sesungguhnya yang mengaplikasikan pengetahuan dan
keterampilan yang dibutuhkan.[33]
Pendapat yang sama juga disampaikan Kusaeri, penilaian kinerja adalah suatu
penilaian yang meminta siswa mendemonstrasikan tugas tertentu guna
mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya. Tugas yang
dimaksud biasanya terkait dengan praktik kehidupan sehari-hari.[34]
Setiadi menyatakan bahwa “Performance Assessment” adalah berbagai
macam tugas dan situasi dimana peserta tes diminta untuk mendemonstrasikan
pemahaman dan pengaplikasian pengetahuan yang mendalam, serta keterampilan di
dalam berbagai macam konteks.[35]
Selanjutnya Setiadi menyatakan bahwa “Performance
Assessment” adalah suatu penilaian yang meminta peserta tes untuk
mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuan ke dalam berbagai macam
konteks sesuai dengan kriteria yang dinginkan.[36]
Sudaryono menyatakan,
penilaian unjuk kerja ini cocok dilakukan untuk menilai ketercapaian kompetensi
yang menuntut peserta didik melakukan tugas tertentu seperti: praktek
dilaboratorium, praktek sholat, praktek olahraga, presentasi, diskusi, bermain
peran, memainkan alat musik, bernyanyi, membaca puisi atau deklamasi, dan
lain-lain.[37]
Cara penilaian ini dianggap lebih otentik daripada tes tertulis karena apa yang
dinilai lebih mencerminkan kemampuan peserta didik yang sebenarnya.[38]
Popham menjelaskan setidaknya
ada tiga fitur yang harus dimiliki dalam melakukan penilaian kinerja, yaitu:
(1) Multiple Criteria, kinerja sisiwa
dinilai menggunakan lebih dari satu kriteria, (2) Prespecified guality standards,
masing-masing kinerja siswa harus ditentukan kriteria yang jelas sebelum
mengevaluasi kualitas kinerja siswa, (3) judgmental
apparsial, melakukan penilaian apakah penilain kinerja siswa dapat
diterima.[39]
Penyusunan tugas membutuhkan
langkah-langkah penting, agar dapat menyusun tugas yang baik dan cukup
menggambarkan komplesitas. Oleh sebab itu, bagi guru dibutuhkan kemampuan dan
keterampilan yang baik melalui pelatihan yang memadai. Adapun langkah-langkah
yang dapat dilakukan oleh guru menurut Zainul adalah sebagai berikut: (1)
Mengidentifikasi pengetahuan dan keterampilan yang diharapkan dapat dimiliki
oleh siswa setelah mengerjakan atau menyelesaikan tugas. Identifikasi
pengetahuan keterampilan tersebut meliputi; (a) jenis pengetahuan dan
keterampilan yang diharapkan dapat dilatih dan dicapai oleh sisiwa; (b)
pengetahuan dan keterampilan bernilai tinggi untuk dipelajari; (c) penerapan
pengetahuan dan keterampilan tersebut memang terdapat dalam kehidupan nyata di
masyarakat, (2) Merancang tugas-tugas untuk asesmen kinerja yang memungkinkan
siswa dapat menunjukkan kemampuan berpikir dan keterampilan, dan (3) Menetapkan
kriteria keberhasilan yang akan dijadikan tolok ukur untuk menyatakan bahwa
seorang siswa telah mencapai tingkat mastery
lintas pengetahuan atau keterampilan yang diharapkan.[40]
Dalam mengembangkan
tugas-tugas untuk penilaian unjuk kerja ada langkah-langkah yang harus
diperhatikan. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut: (1)
mengidentifikasi terhadap langkah-langkah penting yang diperlukan atau yang
akan mempengaruhi hasil akhir (output)
yang terbaik, (2) menuliskan perilaku kemampuan-kemampuan spesifik yang penting
dan diperlukan untuk menyelesaikan dan menghasilkan output yang terbaik, (3)
membuat kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur. Kriteria yang dibuat
jangan terlalu banyak sehingga semua kriteria tersebut dapat diobservasi selama
siswa melaksanakan tugas atau melakukan sesuatu kegiatan, (4) mendefinisikan
dengan jelas kriteria kemampuan-kemampuan yang akan diukur berdasarkan
kemampuan siswa yang dapat diamati (observable), (5) mengurutkan
kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan urutan yang dapat
diamati, dan (6) kalau ada, periksa kembali dan bandingkan dengan
kriteria-kriteria kemampuan yang dibuat sebelumnya oleh orang lain.[41]
Untuk mengevaluasi apakah
penilaian unjuk kerja sudah dianggap berkualitas baik, maka paling tidak harus
diperhatikan tujuh kriteria yang dibuat oleh Popham. Kriteria-kriteria tersebut
antara adalah: (1) Generabilizy,
artinya sejauh mana unjuk kerja peserta didik pada tugas yang dikerjakan
berlaku untuk tugas yang sejenis, (2) Authenticity,
artinya apakah tugas yang dikerjakan peserta didik sama atau setara dengan
tugas yang ada didunia luar, (3) Multiple
face, apakah tugas yang diberikan mengukur hasil pembelajaran yang banyak?,
(4) Teachability, artinya apakah
kemampuan atau keterampilan peserta didik meningkat sebagai akibat dari usaha
guru dalam melaksanakan proses pembelajaran?, (5) Fairness, artinya apakah tugas yang diberikan kepada semua peserta
didik cukup adil, tidak bias gender, etnik, status sosial ekonomi?, (6) Feasibility, artinya apakah tugas yang
dikerjakan peserta didik realistik ditinjau dari biaya, ruang, waktu, dan
perlatan yang dibutuhkan?, dan (7) Scorability,
artinya apakah tugas yang diberikan akan memberikan hasil yang handal dan
akurat?.[42]
Pengamatan unjuk kerja perlu dilakukan dalam berbagai konteks untuk menetapkan
tingkat pencapaian kemampuan tertentu.
Selain itu juga menurut Jihad
dan Haris, hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam penilaian unjuk kerja
yaitu, (1) langkah-langkah kinerja yang diharapkan dilakukan peserta didik
untuk menunjukkan kinerja dari suatu kompetensi, (2) kelengkapan dan ketepatan
aspek yang akan dinilai dalam kinerja tersebut, (3) kemampuan-kemampuan khusus
yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas, (4) upayakan kemampuan yang dinilai
tidak terlalu banyak, sehingga semua dapat diamati, dan (5) kemampuan yang akan
dinilai diurutkan berdasarkan urutan yang akan diamati.[43]
Seperti pada bentuk penilaian
lainnya, penilaian unjuk kerja memiliki kelebihan dan kekurangan. Menurut
Marzano keuntungan dari penggunaan asesmen unjuk kerja adalah: (1) memberikan
kesempatan untuk mengaplikasikan keterampilan menemukan, (2) memberikan peluang
untuk aplikasi-aplikasi pertanyaan-pertanyaan berakhir terbuka, (3)
mengembangkan kemampuan berfikir kritis siswa, (4) memberikan bukti mengenai
apa yang dapat dilakukan siswa lakukan, dan (5) memberikan kesempatan untuk
kreatifitas siswa.[44]
Sedangkan kelemahannya menurut Enger & Yager adalah: (1) tugas-tugas
asesmen ini biasanya sulit untuk diselesaikan dengan lengkap oleh siswa, (2)
ada unsur subyektivitas dalam menilai kerja sisiwa, (3) memberikan banyak
variasi performens yang biasanya
berakhir terbuka, (4) menilai kinerja merupakan tugas yang spesifik, (5) perlu
mengatur waktu dan kelompok dengan baik, (6) memerlukan waktu untuk merancang,
mengimplementasikan dan mengevaluasi kinerja siswa, dan (7) sulit untuk
merancang tugas dan rubrik dengan baik.[45]
Dari pembahasan di atas maka
dapat disimpulkan bahwa penilaian unjuk kerja merupakan salah satu penilaian
alternatif yang difokuskan pada aktivitas observasi yakni proses berlangsungnya
unjuk kerja dalam prosedur penggunaan tugas-tugas yang bertujuan untuk
mengetahui seberapa baik siswa telah belajar dan evaluasi hasil karya.
Penilaian bentuk ini dilakukan dengan mengamati saat siswa melakukan aktivitas
dikelas atau membuat suatu karya sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan.
- Teknik
Penilaian Unjuk Kerja
Penilaian unjuk kerja
merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik
melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok digunakan untuk menilai ketercapaian
kompetensi yang menuntut peserta didik menunjukkan unjuk kerja.[46]
Pengamatan unjuk kerja perlu dilakukan dalam berbagai konteks untuk menetapkan
tingkat pencapaian kemampuan tertentu. Untuk mengamati unjuk kerja peserta
didik dapat menggunakan alat atau instrumen
berupa daftar cek (chek-list)
dan skala penilaian (rating scala).
Penilaian unjuk kerja dapat
dilakukan dengan menggunakan daftar cek (ya-tidak, baik-tidak baik). Dengan
menggunakan daftar cek, peserta didik mendapat nilai bila kriteria penguasaan
kompetensi tertentu dapat diamati oleh peneliti. Jika tidak dapat diamati,
peserta didik tidak memperoleh nilai. Kelemahan dari cara ini adalah penilai
hanya mempunyai dua pilihan mutlak, misalnya benar-salah, dapat diamati-tidak
dapat diamati, baik-tidak baik. dengan demikian tidak terdapat nilai tengah,
namun daftar cek lebih praktis digunakan mengamati subjek dalam jumlah besar.
Penilaian unjuk kerja yang
menggunakan skala penilaian memungkinkan penilai memberi nilai tengah terhadap
penguasaan kompetensi tertentu, karena pemberian nilai secara kontinum dimana
pilihan kategori nilai lebih dari dua. Skala penilaian terentang dari tidak
sempurna sampai sempurna. Misalnya: 1= tidak kompeten, 2= cukup kompoten, 3 =
kompoten, dan 4 = sangat kompoten.
3.
penilaian
tertulis
4.
penilaian
produk
5.
penilaian
sikap
6.
penilaian
diri
B. Penilaian Autentik dalam Kurikulum 2013
Jenis-jenis
Penilaian Autentik pada kurikulum 2013 dibagi atas:
- Penilaian
Kinerja
- Penilaian Proyek
- Penilaian
Portofolio
- Penilaian
Tertulis[47]
1.
Penilaian Kinerja
Penilaian autentik
sebisa mungkin melibatkan parsisipasi peserta didik, khususnya dalam proses dan
aspek-aspek yang akan dinilai. Guru dapat melakukannya dengan meminta para
peserta didik menyebutkan unsur-unsur proyek/tugas yang akan mereka gunakan
untuk menentukan kriteria penyelesaiannya.
Berikut
ini cara merekam hasil penilaian berbasis kinerja.
1.
Daftar
cek (checklist).
2.
Catatan anekdot/narasi (anecdotal/narative records).
3.
Skala penilaian
(rating scale).
4.
Memori
atau ingatan (memory approach).
- Penilaian Proyek
Penilaian
proyek (project assessment)
merupakan
kegiatan penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode/waktu
tertentu. Penyelesaian tugas dimaksud berupa investigasi yang dilakukan oleh peserta didik, mulai dari
perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan penyajian data.
Berikut
ini tiga hal yang perlu diperhatian guru dalam
penilaian proyek.
1. Keterampilan peserta didik dalam memilih
topik, mencari dan mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis, memberi makna atas informasi
yang diperoleh, dan menulis
laporan.
2. Kesesuaian atau relevansi materi pembelajaran dengan pengembangan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh peserta didik.
3. Keaslian sebuah proyek pembelajaran yang dikerjakan atau
dihasilkan oleh peserta didik.
3.
Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian atas kumpulan
artefak yang menunjukkan kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia
nyata. Penilaian portofolio bisa berangkat dari hasil kerja peserta didik
secara perorangan atau diproduksi secara berkelompok, memerlukan refleksi
peserta didik, dan dievaluasi berdasarkan beberapa dimensi.
Penilaian portofolio dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah seperti
berikut ini.
1.
Guru
menjelaskan secara ringkas esensi penilaian portofolio.
2.
Guru atau
guru bersama peserta didik menentukan jenis portofolio yang akan dibuat.
3. Peserta didik, baik sendiri maupun kelompok, mandiri atau
di bawah bimbingan guru menyusun portofolio pembelajaran.
4. Guru menghimpun dan menyimpan portofolio peserta didik
pada tempat yang sesuai, disertai catatan tanggal pengumpulannya.
5.
Guru
menilai portofolio peserta didik dengan kriteria tertentu.
6. Jika memungkinkan, guru bersama peserta didik membahas
bersama dokumen portofolio yang dihasilkan.
7. Guru memberi umpan balik kepada peserta didik atas hasil
penilaian portofolio.
4. Penilaian Tertulis
Tes
tertulis berbentuk uraian
atau esai menuntut peserta didik mampu mengingat, memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi,
dan sebagainya atas materi yang sudah dipelajari. Tes tertulis berbentuk uraian sebisa mungkin bersifat
komprehensif, sehingga mampu
menggambarkan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran (Yogyakarta: Multi
Presindo, 2013), h. 99.
Abdul Majid, Penilaian Autentik: Proses dan Hasil Belajar (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2014), h. 57.
Anthony J. Nitko, Educational Assessmen of Student (New
Jersey: Meril, an imprint of Prentince Hall, 2011), h.
4.
Basrowi dan Siskandar, Evaluasi Belajar Berbasis Kinerja
(Bandung: Karya Putra Darwati, 2012), h. 11.
Bastari dan Witjaksono, Penilaian Projek (Jakarta: Pusat Pendidikan
Balitbang Depdiknas, 2006), h. 2.
Cecil R. Reynolds, Ronald B
and Victor Wilson, Measurement and
Assessment in Educational (New Jersey: Pearson
Educational, Inc., 2009), h. 2
Djaali dan Pudji Muljono, Pengukuran dalam Bidang Pendidikan (Jakarta:
Grasindo, 2008), hh. 2-3.
Djemari Mardaphi, Pengukuran, Penilaian & Evaluasi Pendidikan (Yogyakarta: Nuha
Medika, 2012), h. 166.
David A. Jacobsen, Paul Eggen, dan Donald
Kauchak. Methods For Teaching,
Terjemahan Ahmad Fawaid & Khairul Anam (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar: 2009), h. 301.
Elaine B. Johnson, CTL: Contextual Teaching & Learning Menjadikan Kegiatan
Belajar- Mengajar Mengasikkan dan
Bermakna, Terjemahan Ibnu Setiawan (Bandung: Kaifa
Learning, 2010), hh. 288-289.
Hamzah B. Uno, Assessment Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), h. 24.
Hari Setiadi, Penilain Kinerja (Jakarta: Pusat Penilaian Pendidikan Badan
Penelitian dan Pengembangan
Depdiknas, 2006), h. 1.
Kunandar, Penilaian Autentik: Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan
Kurikulum 2013 (Jakarta: Rajawali Press, 2013), h. 41.
Kusaeri, Acuan & Teknik Penilaian Proses dan Hasil Belajar Dalam Kurikulum
2013 (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), h. 156.
Mansur Muclish, Authentic Assessment: Penilaian Berbasis
Kelas dan Kompetensi (Bandung: PT Refika Aditama, 2011),
h. 75
Robert L. Linn, M. David Miller, dan
Norman E. Gronlund, Measurement and
Assessment in Teaching (New
Jersey: Macmillan Publishing Company, 1995), 5.
S. Eko Putro Widoyoko, Penilaian Hasil Pembelajaran di Sekolah
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), h. 4.
Sumarna Surapranata, Panduan Penulisan Tes Tertulis Kurikulum 2004 (Bandung:
Rosdakarya, 2007), h. 12.
Sudaryono, Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012),
h. 89.
Suci Yuniati, “Assessmen kinerja (Performance Assessment) Dalam Pembelajaran
Matematika”,Jurnal Pemikiran Islam, Vol 36, No 1, UIN Suska, 2011, hh. 44-46.
(http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/Anida/issue/view/84,)
(diakses 5 Mei 2016)
S. Eko Putro Widoyoko, Penilaian Hasil Pembelajaran di Sekolah
(Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2014), h. 72.
W. James Popham, Classroom Assessment: What Teacher Need to Know (Boston:
Allyn and Bacon, 1995), h. 141.
[1] Djaali dan Pudji Muljono, Pengukuran dalam Bidang Pendidikan (Jakarta:
Grasindo, 2008), hh. 2-3.
[2] Robert L. Linn, M. David Miller,
dan Norman E. Gronlund, Measurement and
Assessment in Teaching (New
Jersey: Macmillan Publishing Company, 1995), 5.
[3] S. Eko Putro Widoyoko, Penilaian Hasil Pembelajaran di Sekolah
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), h. 4.
[4] Cecil R. Reynolds, Ronald B and
Victor Wilson, Measurement and Assessment
in Educational (New Jersey: Pearson Educational,
Inc., 2009), h. 2
[5] Ibid.,
h. 3.
[6] Widoyoko, op. cit., h. 4.
[7] Djemari Mardaphi, Pengukuran, Penilaian & Evaluasi
Pendidikan (Yogyakarta: Nuha Medika, 2012), h. 166.
[8] Elaine B. Johnson, CTL: Contextual Teaching & Learning
Menjadikan Kegiatan Belajar- Mengajar
Mengasikkan dan Bermakna, Terjemahan Ibnu Setiawan (Bandung: Kaifa
Learning, 2010), hh. 288-289.
[9] David A. Jacobsen, Paul Eggen, dan
Donald Kauchak. Methods For Teaching,
Terjemahan Ahmad Fawaid & Khairul Anam (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar: 2009), h. 301.
[10] Basrowi dan Siskandar, Evaluasi Belajar Berbasis Kinerja
(Bandung: Karya Putra Darwati, 2012), h. 11.
[11] Kunandar, Penilaian Autentik: Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan
Kurikulum 2013 (Jakarta: Rajawali Press, 2013), h. 41.
[12] Abdul Majid, Penilaian Autentik: Proses dan Hasil Belajar (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2014), h. 57.
[13] Mardapi, op. cit., h. 167.
[14] Ibid.,
h. 168
[15] Kunandar, op. cit., h. 42.
[16] Anthony J. Nitko, Educational Assessmen of Student (New
Jersey: Meril, an imprint of Prentince Hall, 2011), h.
4.
[17] Mansur Muclish, Authentic Assessment: Penilaian Berbasis
Kelas dan Kompetensi (Bandung: PT Refika Aditama, 2011),
h. 75.
[18] Hamzah B. Uno, Assessment Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), h. 24.
[19] Kusaeri, Acuan & Teknik Penilaian Proses dan Hasil Belajar Dalam Kurikulum
2013 (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), h. 156.
[20] Sumarna Surapranata, Panduan Penulisan Tes Tertulis Kurikulum
2004 (Bandung: Rosdakarya, 2007), h. 12.
[21] Kusaeri, loc. cit.
[22] Sudaryono, Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012),
h. 89.
[23] Kusaeri, op. cit., hh. 157-158.
[24] Bastari dan Witjaksono, Penilaian Projek (Jakarta: Pusat
Pendidikan Balitbang Depdiknas, 2006), h. 2.
[25] Ibid., h. 11.
[26] Muhlich, op. cit., hh. 105-106.
[27] Uno, op. cit., hh. 279-280.
[28] Ibid., hh. 279-280.
[29] Uno, op. cit., h. 25.
[30] S. Eko Putro Widoyoko, Penilaian Hasil Pembelajaran di Sekolah
(Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2014), h. 72.
[31] Sudaryono, op. cit., h. 74.
[32] Nitko, op. cit., h. 239.
[33] Abdul Majid, op. cit., h. 200.
[34] Kusaeri, op. cit., h. 142.
[35] Hari Setiadi, Penilain Kinerja (Jakarta: Pusat Penilaian Pendidikan Badan
Penelitian dan Pengembangan
Depdiknas, 2006), h. 1.
[36] Ibid.,
h. 1.
[37] Ibid.,
h. 74.
[38] Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran (Yogyakarta: Multi
Presindo, 2013), h. 99.
[39] W. James Popham, Classroom Assessment: What Teacher Need to
Know (Boston: Allyn
and Bacon, 1995), h. 141.
[40] Suci Yuniati, “Assessmen kinerja (Performance Assessment) Dalam Pembelajaran
Matematika”,Jurnal Pemikiran Islam, Vol 36, No 1, UIN Suska, 2011, hh. 44-46. (http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/Anida/issue/view/84,)
(diakses 15 Desember 2015)
[41] Widoyoko, op. cit., hh. 73-74
[42] Sudaryono, op. cit., hh. 75-76.
[43] Asep Jihad dan Abdul Haris, op. cit., h. 99
[44] Yuniarti, op. cit., 48.
[45] Ibid.,
h. 47.
[46] Uno, op. cit., h. 19.
[47]
Materi Diklat K13. Bahan Pengembangan sumber daya manusia pendidikan dan
kebudayaan dan jaminan mutu pendidikan. LPMP Malut 2014
Komentar
Posting Komentar