PENDEKATAN PSIKODINAMIKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Psikodinamika
merupakan salah satu pendekatan yang cukup tua, tentu saja salah satunya
disebabkan karena pendekatan ini merupakan pendekatan yang pertama kali muncul
dalam dunia psikologi.
Teori psikodinamika
adalah teori yang berusaha menjelaskan hakikat dan perkembangan kepribadian.
Unsur-unsur yang diutamakan dalam teori ini adalah motivasi, emosi, dan
aspek-aspek internal lainnya. Teori ini mengasumsikan bahwa kepribadian
berkembang ketika terjadi konflik-konflik dari aspek-aspek psikologis tersebut,
yang pada umumnya terjadi pada anak usia dini.
Teori
psikodinamika atau tradisi klinis berangkat dari dua asumsi dasar. Pertama,
manusia bagian dari dunia binatag. Kedua, manusia adalah bagian dari sistem
energi. Kunci utama untuk memahami manusia menurut paradigma psikodinamika
adalah mengenali semua sumber terjadinya pelaku, baik itu berupa dorongan yang
disadari maupun yang tidak disadari. Maka, untuk menembah pemahaman tentang
teori psikodinamika, pada kesempatan kali ini kami akan menjelaskan teori
tersebut secara menyeluruh.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
itu psikodinamika?
2. Siapa
tokoh yang berperan dalam teori perkembangan psikodinamika?
3. Bagaimana fase-fase perkembanganan menurut teori yang
dikemukakan oleh Sigmund Freud?
4. BagaimanaTeori Perkembangan Anak Perspektif
Psikodinamika Erikson?
C.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengertian psikodinamika.
2. Untuk mengetahui tokoh yang berperan dalam teori
perkembangan psikodinamika.
3. Untuk mengetahui fase-fase perkembanganan menurut
teori yang dikemukakan oleh Sigmund Freud.
4. Untuk mengetahui Teori Perkembangan Anak
Perspektif Psikodinamika Erikson.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Psikodinamika
Teori
psikodinamika adalah teori yang berusaha menjelaskan hakikat dan perkembangan
kepribadian. Unsur-unsur yang diutamakan dalam teori ini adalah motivasi, emosi
dan aspek-aspek internal lainnya. Teori ini mengasumsikan bahwa kepribadian
berkembang ketika terjadi konflik-konflik dari aspek-aspek psikologis tersebut,
yang pada umumnya terjadi pada anak-anak dini.
Teori
psikodinamika ditemukan oleh Sigmund Freud (1856-1939). Dia memberi nama aliran
psikologi yang dia kembangkan sebagai psikoanalisis. Banyak pakar yang kemudian
ikut memakai paradigma psikoanalisis untuk mengembangkan teori kepribadiannya,
seperti : Carl Gustav Jung, Alfred Adler, serta tokoh-tokoh lain seperti Anna
Freud, Karen Horney, Eric Fromm, dan Harry Stack Sullivan. Teori psikodinamika
berkembang cepat dan luas karena masyarakat luas terbiasa memandang gangguan
tingkah laku sebagai penyakit (Alwisol, 2005 : 3-4).
Teori
psikodinamika ini didasarkan pada asumsi bahwa perilaku berasal dari gerakan
dan interaksi dalam pikiran manusia, kemudian pikiran merangsang perilaku dan
keduanya saling mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya. Psikodinamika
mencerminkan dinamika-dinamika psikis yang menghasilkan gangguan jiwa atau
penyakit jiwa. Dinamika psikis terjadi melalui sinergi dan interaksi-interaksi
elemen psikis setiap individu.
Teori
ini mempunyai kesamaan dengan teori belajar dalam hal pandangan akan pentingnya
pengaruh lingkungan, termasuk lingkungan primer terhadap perkembangan.
Perbedaannya adalah bahwa teori psikodinamika memandang komponen yang bersifat
sosio-afektif sangat fundamental dalam kepribadian dan perkembangan seseorang. Para
teoritis psikodinamika percaya bahwa perkembangan merupakan suatu proses aktif dan
dinamis yang sangat dipengaruhi oleh dorongan- dorongan atau impuls-impuls individual
yang dibawa sejak lahir serta pengalaman- pengalaman sosial dan emosional
mereka.
Menurut
teori Freud, seorang anak dilahirkan dengan dua macam kekuatan (energi)
biologik : libido dan nafsu mati. Kekuatan atau energi ini menguasai semua
orang atau semua benda yang berarti atau yang penting bagi anak, melalui proses
yang oleh Freud disebut khatexis,
khatexis berarti konsentrasi energi psikis terhadap suatu obyek atau suatu
ide yang spesifik atau terhadap suatu individu yang spesifik. Erikson (1964) meluaskan
teori Freud dengan mencoba meletakan hubungan antara gejala-gejala budaya
masyarakat dipihak lain. Erikson juga membagi hidup manusia dalam fase-fase
berdasarkan proses-proses tertentu beserta akibat-akibatnya. Proses-proses tadi
bisa berakibat baik atau tidak baik. Bila berakhir baik dapat memperlancar
perkembangan,bila berakhir tidak baik dapat menghambatnya.
B.
Tokoh
Perkembangan Psikodinamika
1. Sigmund Freud
Sigmund
Freud lahir, 6 Mei 1856 di Freiberg, dan meninggal di London, 23 September 1939
pada umur 83 tahun. Sigmund Freud adalah seorang Austria keturunan Yahudi dan
pendiri aliran psikoanalisis dalam bidang ilmu psikologi. Menurut Freud,
kehidupan jiwa memiliki tiga tingkatan kesadaran, yakni sadar (conscious),
prasadar (preconscious), dan tak-sadar (unconscious). Konsep dari teori Freud
yang paling terkenal adalah tentang adanya alam bawah sadar yang mengendalikan
sebagian besar perilaku. Selain itu, dia juga memberikan pernyataan bahwa
perilaku manusia didasari pada hasrat seksualitas yang pada awalnya dirasakan
oleh manusia semenjak kecil dari ibunya.
Metode
Freud yang digunakan untuk menyembuhkan penderita tekanan psikologis yaitu
asosiasi bebas dan analisis mimpi. Dasar terciptanya metode tersebut adalah
dari konsep alam bawah sadar, asosiasi bebas adalah metode yang digunakan untuk
mengungkap masalah – masalah yang ditekan oleh diri seseorang. Sedangkan
analisis mimpi, digunakan oleh Freud dari pemahamannya bahwa mimpi merupakan
pesan alam bawah sadar yang abstrak terhadap alam sadar, pesan-pesan ini berisi
keinginan, ketakutan dan berbagai macam aktivitas emosi lain, hingga aktivitas
emosi yang sama sekali tidak disadari. Sehingga metode Analisis Mimpi dapat
digunakan untuk mengungkap pesan bawah sadar atau permasalahan terpendam.
Ketika permasalahan alam bawah sadar ini terungkap, maka untuk
penyelesaianselanjutnya akan lebih mudah untuk diselesaikan.
2. Erik Erikson
Erik
Erikson lahir di Frankfurt-am-Main, Jerman, 15 Juni 1902 – meninggal di Harwich, Amerika Serikat pada umur 91
tahun.Erik Erikson adalah seorang
psikolog Jerman yang terkenal dengan
teori tentang delapan tahap perkembangan pada manusia. Erikson menjadi
terkenal karena upayanya dalam mengembangkan teori tentang tahap perkembangan
manusia yang dirintis oleh Freud.
Berbeda
dengan Freud yang dikenal dengan psikolog id, Erikson dikenal sebagai psikolog
ego. Dia menekankan peran budaya dan masyarakat dan konflik yang dapat terjadi
dalam ego itu sendiri, sedangkan Freud menekankan konflik antara id dan
superego.
Menurut
Erikson, ego berkembang karena berhasil menyelesaikan krisis sosial yang jelas di
alam. Ini melibatkan membangun rasa percaya pada orang lain, mengembangkan rasa
identitas dalam masyarakat, dan membantu generasi berikutnya mempersiapkan
untuk masa depan.
C.
Teori
Perkembangan Anak Prespektif Sigmund Freud
Sigmund
Freud menjelaskan bahawa sejak awal terbentuknya kehidupan, manusia dimotivasi
oleh dorongan-dorongan irasional yang bertujuan untuk mendapatkan kepuasan.
Dorongan-dorongan tersebut merupakan bentuk ekspresi dari libido, yaitu
dorongan hidup atau energi psikis yang memotivasi prilaku manusia. Libido dapat
diartikan sebagai energi mental yang terdapat dalam diri manusia.
Freud
membagi struktur kepribadian manusia menjadi tiga bagian utama, yaitu, Id, ego,
dan superego. Ketiga bagian psikis ini mempunyai kekhasan masing-masing, sebab
mereka menggambarkan tiap-tiap ide yang saling paradoks. Hanya saja, mereka
tidak akan membuat manusia sepenuhnya nyaman, karena manusia tetap saja orang
yang sakit. Sebagaimana tubuh fisik yang mempunyai struktur: kepala, kaki,
lengan dan batang tubuh, Sigmund Freud, meyakini bahwa jiwa manusia juga
mempunyai struktur, meski tentu tidak terdiri dari bagian-bagian dalam ruang.
Struktur jiwa tersebut meliputi tiga instansi atau sistem yang berbeda.
Masing-masing sistem tersebut memiliki peran dan fungsi sendiri-sendiri.
Keharmonisan dan keselarasan kerja sama di antara ketiganya sangat menentukan
kesehatan jiwa seseorang. Ketiga bagian kepribadian manusia tersebut akan
dijelaskan sebagi berikut:
1. Id
(Das Es)
Id
merupakan lapisan paling dasar dalam struktur psikis seorang manusia. Id
meliputi segala sesuatu yang bersifat impersonal atau anonim, tidak disengaja
atau tidak disadari, dalam daya-daya mendasar yang menguasai kehidupan psikis manusia.
Id
berisikan libido dan bekerja secara tidak sadar, terdiri dari implus-implus
dasar manusia yang sudah dimiliki manusia sejak lahir, seperti seksual dan
agresi. Id bekerja atas dasar kesenangan yang terdapat dalam diri manusia,
digerakan oleh implus-implus yang ingin segera terpuaskan untuk mendapatkan
suatu kesenangan.
2. Ego
(Das Ich)
Berbeda
dengan id, ego berada pada tahap sadar, yang merupakan aspek berpikir dari
kepribadian yang berkembang pada usia dua sampai tiga tahun. Ego bekerja untuk
memenuhi kebutuhan dari id. Seperti ketika sesorang merasa lapar, id menuntut
suatu pemuasan segera, tugas ego adalah untuk mencari cara memuaskan kebutuhan
tersebut. Ego bekerja berlandaskan prinsip realitas dan berhubungan dengan
proses sekunder. Tujuan prinsip realitas adalah mencari objek yang tepat sesuai
dengan kenyataan untuk mereduksi ketegangan yang timbul di dalam diri. Proses
sekunder ini adalah proses berpikir realistik. Dengan mempergunakan proses
sekunder, Ego merumuskan sesuatu rencana untuk pemuasan kebutuhan dan
mengujinya dengan suatu tindakan untuk mengetahui apakah rencananya itu
berhasil atau tidak.
3. Superego
(Das Ueber Ich)
Superego
adalah bagian dari kepribadian manusia yang berperan sebagai penilai moral,
berisi tentang aturan-aturan sosial yang berkembang dalam masayarakat dan
berkembang mendekati usia enam tahun.
Aktifitas
Superego dapat berupa self observation,
kritik diri, larangan dan berbagai tindakan refleksif lainnya. Superego
terbentuk melalui internalisasi (proses memasukkan ke dalam diri) berbagai
nilai dan norma yang represif yang dialami seseorang sepanjang perkembangan
kontak sosialnya dengan dunia luar, terutama di masa kanak-kanak. Superego
memiliki fungsi sebagai pengendali ego agar dorongan-dorongan ego disalurkan
dalam bentuk aktivitas yang dapoat diterima oleh masyarakat, mengarahkan ego pada
tujuan-tujuan yang sesuai dengan prinsip-prinsip moral, mendorong individu
kepada kesempurnaan.
Selajutnya
Freud menyatakan bahwa perkembangan kepribadian berlangsung melalui lima fase,
yang berhubungan dengan kepekaan pada daerah-daerah erogen atau bagian tubuh
tertentu yang sensitif terhadap rangsangan. Kelima fase perkembangan
kepribadian adalah sebagai berikut:
a. Fase
oral (oral stage: 0 sampai kira-kira 18 bulan)
Pada tahap oral, sumber utama bayi
berinteraksi terjadi melalui mulut, sehingga perakaran dan refleks mengisap
adalah sangat penting. Mulut sangat penting untuk makan, dan bayi merasakan
kesenangan dari rangsanga oral melaui kegiatan memuaskan seperti mencicipi dan
mengisap. Karena bayi sepenuhnya bergantung pada pengasuh (yang bertanggung
jawab untuk member makan bayi, bayi juga mengembangkanrasa kepercayaan dan
kenyamanan melalui setimulusi oral. Konflik utama pada tahap ini adalah prioses
penyapihan, anak harus menjadi kurang bergantung pada para pengasuh. Jika
fiksasi terjadi pada tahap ini, Freud percaya induvidu akan memiliki maslah
dengan ketergantungan atau agresi. Fiksasi oral dapat mengakibatkan maslah
dengan minum, merokok makan, atau menggigit kuku.
b. Fase
anal (anal stage: kira-kira usia 18 bulan sampai 3 tahun)
Pada tahap anal, Freud percaya bahwa fokus
awal dari libido adalah pada pengendalian kandung kemih dan buang air besar.
Konflik untama pada tahap ini adalah pelatihan toilet. Anak harus belajar untuk
mengendalikan kebutuhan tubuhnya. Mengembangkan control ini menyebabkan rasa
prestasi dan kemandirian. Menurut Freud, keberhasilan pada tahap ini tergantung
pada cara di mana orang tua melakukan
pendekatan pelatihan toilet. Orang yang memanfaatkan pujian dan
penghargaan untuk menggunakan toilet pada saat yang tepat mendorong hasil
positif dan membantu anak-anak merasa mampu an produktif. Freud percaya bahwa
pengalaman positif selama tahap ini
menjadikan dasar seseorang menjadi orang dewasayang kompeten, produktif,
dan kreatif. Namun, tidak semua orang tua memberikan dukungan kepada anak-anak
mereka selama tahap ini. Menurut Freud, pada fase ini apabila pengontrolan
orang tua pada anak yang terlalu longgar akan mengakibatkan anak itu menjadi
seorang yang boros dan memiliki kepribadian yang berantakan. Jika orang tua
terlalu ketat atau terlalu dini memulai toilet traning kepada seorang anak maka kepribadian kuatlah yang akan
berkembang di mana seorang anak akan menjadi tertib, kaku, dan obseif.
c. Fase
falis (phallic stage: kira-kira usia 3 samapai 6 tahun)
Pada tahap falis, focus utama dari libido
adalah pada alat klamin. Anak-anak mulai menemukan antara pria dan wanita.
Freud juga percaya bahwa anak laki-laki mulai melihat ayah mereka sabagai
saingan untuk memperoleh kasih sayang ibu. Kompleks Oedipus menggambarkan
perasaan ini ingi memiliki ibu dan ada keinginan untuk menggantika ayah. Namun,
anak juga merasa khawatir bahwa ia akan di hukum oleh ayah untuk perasaan ini,
ketakutan ini di sebut Freud sebagai pengebirian kecemasan.
d. Fase
laten (latency stage: kira-kira 6 sampai puberitas)
Periode laten adalah saat eksplorasi di mana
energi seksual tetap ada, tetapi di arahkan ke daerah lain seperti pengejaran
intelektual dan interaksi sosial. Tahap ini sangat penting dalam pengembangan
keterampilan sosial, komunikasi dan kepercayaan diri.
e. Fase
genital (genital stage: pubertas dan selanjutnya)
Pada tahap akhir perkembangan psikoseksual,
induvidu mengembangkan minat seksual yang kuat pada lawan jenis. Pada
tahap-tahap awal hanya fokus pada kebutuahan individu, kepentingan
kesejahteraan orang lain tumbuh selama tahap ini. Jika tahap lainnya telah
selesai dengan sukses, individu sekarang harus seimbang, hangat dan peduli.
Tujuan dari tahap ini adalah untuk menetapkan keseimbangan antara berbagai
bidang kehidupan.
D.
Terori
Perkembangan Erikson
Erik
Erikson dipandang sebagai tokoh utama dalam teori psikoanalitik kontemporer.
Erikson menguraikan dan memperluas struktur psikoanalisis yang dibangun oleh
Freud serta merumuskan kembali prinsip-prinsipnya guna memahami dunia modern.
Meskipun
teori perkembangan kepribadian yang dirumuskan Erikson mempunyai kemiripan
dengan teori Freud, namun dalam beberapa hal keduanya berbeda pendapat. Erikson
misalnya, mengatakan bahwa individu berkembang dalam tahap – tahap psikososial,
yang berbeda dengan tahap – tahap psikoseksual
Freud. Erikson menekankan perubahan perkembangan sepanjang siklus
kehidupan manusia, sementara Freud berpendapat bahwa kepribadian dasar individu
dibentuk pada lima tahun pertama kehidupan. Disamping itu, dalam teori
psikososial, Erikson lebih menekankan faktor ego, sementara dalam teori
psikoseksual, Freud lebih mementingkan id. Erikson menjelaskan yang tidak
dilakukan oleh Freud yaitu tahap perkembangan manusia dari lahir hingga lanjut
usia. Teori Erikson dianggap lebih realistis dengan menekankan pada aspek
sosial dan fungsi budaya, berbeda dengan Freud yang lebih banyak berbicara
tentang wilayah ketidaksadaran manusia.
Menurut
erikson ada delapan tahap perkembangan terbentang ketika kita melalui siklus
kehidupan. Masing-masing tahap terdiri dari tugas perkembangan yang khas dan
mengedepankan induvidu dengan suatu krisis yang harus di hadapi. Bagi Erilson
krisis inibukanlah suatu bencana, tetapi suatu titik balik peningkatan
kerentanan dan peningkatan potensi. Semakin berhasil induvidu menghadapi
krisis, akan semakin sehat perkembangan mereka. Berikut adalah tahapan krisis
perkembangan menurut Erik Erikson:
a. Kepercayaan
vs ketidak percayaan (12-18 bulan)
Adalah
suatu tahap psikososial pertama yang di
alami dalam tahun pertama kehidupan. Rasa percaya menuntut perasaan nyaman
secara fisik dan sejumlah kecil kekhawatiran akan masa depan. Kepercayaan pada
bayi menentukan harapan bahwa dunia akan menjadi tempat tinggal yang baik dan
menyenangkan.
b. Autonomy
vs rasa malu dan ragu (18 bulan hingga 3 tahun)
Adalah
tahap perkembangan kedua yang berlangsung pada masa bayi dan baru mulai
berjalan (1-3tahun). Setelah memperoleh rasa percaya kepada pengasuh mereka,
bayi mulai menemukan bahwa prilaku mereka adalah atas kehendaknya. Mereka
menyadari kemauan mereka dengan rasa mandiri dan otonomi mereka. Bila bayi
cenderung di batasi maka mereka akan cenderung mengembangkan rasa malu dan
keragu-raguan.
c. Inisiatif
vs rasa bersalah (3 - 6 tahun)
Merupakan
tahap ketiga yang berlangsung selama tahun-tahun sekolah. Ketika mereka masuk
dunia sekolah mereka lebih ditantang di banding ketika masih bayi. Anak-anak di
harapkan aktif untuk menghadapi tantangan ini dengan rasa tanggung jawab atas
prilaku mereka, mainan mereka, dan hewan peliharaan mereka. Anak-anak
bertanggung jawab meningkatkan prakarsa. Namun, perasaan bersalah dapat muncul,
bila anak tidak diberi kepercayaan dan dibuat mereka sangat cemas.
d. Indistri
vs inverioritas (6 tahun - puberitas)
Berlangsung
salama tahun-tahun sekolah dasar tidak ada masalah lain yang lebih antusias
dari pada akhir periode masa awal anak-anak yang penuh imajinasi. Ketika
anak-anak memasuki tahun sekolah dasar, mereka mengarahkan energi mereka pada penguasaan
pengetahuan dan keterampilan intelektual. Pada tahap ini, yang paling berbahaya
adalah perasaan tidak kompeten dan tidak produktif.
e. Identitas
vs kekacauan identitas (puberitas dewasa awal)
Merupakan
tahap kelima yang di alami individu selama tahun-tahun masa remaja. Pada tahap
ini mereka dinhadapkan oleh pencarian siapa mereka, bagaimana mereka nanti, dan
kemana mereka akan menuju masa depannya. Satu dimensi yang penting adalah
penjajakan pilihan-pilihan alternatif terhadap peran penjajakan karir merupakan
hal penting. Orang tua harus mengizinkan anak remaja menjajaki bayak peran dan
berbagai jalan. Jika anak menjajaki berbagai peran dan menemukan peran positif
maka ia akan mencapai identitas yang positif. Jika orang tua menolak identitas
remaja sedangkan remaja tidak mengetahui banyak peran dan juga tidak di
jelaskan tentang jalan masa depan yang posotif maka ia akan mengalami
kebingungan identitas.
f. Imitasi
vs isolasi (dewasa awal)
Tahap
ke enam yang di alami pada masa-masa dewasa. Pada masa ini induvidu di hadapi
tugas perkembangan pembentukan relasi intim dengan orang lain, keintiman akan
dicapai, kalau tidak, isolasi akan terjadi.
g. Produksifitas
vs staknasi (dewasa tengah)
Tahap
ketujuh perkembangan yang di alami pada masa pertengahan dewasa. Persoalan
pertama adalah membantu generasi muda mengembangkan dan mengarahkan kehidupan
yang berguna (generality). Perasaan belum melakukan sesuatu untuk menolong
generasi berikutnya adalah stagnation.
h. Integritas
evo vs putus asa (dewasa akhir)
Tahap
kedelapan yang di alami pada masa dewasa akhir. Pada tahun terakhir kehidupan
lalu maka integritas tercapai. Sebaliknya, jika ia menganggapselama kehidupan
lalu dengan cara negatif maka akan cenderung merasa bersalah dan kecewa.
BAB III
KESIMPULAN
Teori
psikodinamika ditemukan oleh Sigmund Freud, seorang Austria keturunan yahudi. Teori
psikodinamika adalah teori yang berusaha menjelaskan hakikat dan perkembangan
kepribadian. Freud mengembangkan psikodinamika menjadi psikoanalisis. Freud
membagi struktur kepribadian manusia menjadi tiga bagian utama, yaitu, Id, ego, dan superego.
Freud
menyatakan bahwa perkembangan kepribadian berlangsung melalui lima fase, yaitu
oral, anal, falis, laten, dan genital. Kelima fase tersebut berhubungan dengan
kepekaan pada daerah-daerah erogen atau bagian tubuh tertentu yang sensitif
terhadap rangsangan.
Erik
Erikson dipandang sebagai tokoh utama dalam teori psikoanalitik kontemporer, ia
lahir di Frankfurt-am-Main, Jerman, 15 Juni 1902. Erikson mengembangkan teori
psikoanalis Freud, namun terdapat perbedaan antara keduanya. Erikson menekankan
perubahan perkembangan sepanjang siklus kehidupan manusia, sementara Freud
berpendapat bahwa kepribadian dasar individu dibentuk pada lima tahun pertama
kehidupan.
Menurut
erikson ada delapan tahap perkembangan terbentang ketika kita melalui siklus
kehidupan, yaitu tahap Kepercayaan vs ketidak percayaan (0-18 bulan), Autonomy
vs rasa malu dan ragu (18 bulan – 3 tahun), Inisiatif vs rasa bersalah (3 - 6
tahun), Industri vs inverioritas (6 tahun - puberitas), Identitas vs kekacauan
identitas (puberitas dewasa awal), Imitasi vs isolasi (dewasa awal), Produktifitas
vs staknasi (dewasa tengah), Integritas evo vs putus asa (dewasa akhir).
DAFTAR PUSTAKA
Alwisol.
(2005) Psikologi Kepribadian. Malang : Penerbit Universitas Muhammadyah Malang.
Boeree,
CG. (1997) .Personality Theories :Melacak Kepribadian Anda Bersama Psikolog
Dunia. (Alih bahasa: Inyiak Ridwan Muzir). Yogyakarta: Primasophie.
Koeswara, E. (1991) Teori-teori
Kepribadian. Bandung Eresco.
Mischel,
Shoda, and Smith. 2004. Introduction to Personality: toward an
integration. John Wiley: USA
Rahayu,
Siti dkk.2006.Psikologi Perkembangan dalam Berbagai Bagiannya.Yogyakarta: UGM
prees
Suryabrata,
Sumadi. 2005. Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT Grafindo Persada
Sumadi
Suryabrata. (2005) Psikologi Kepribadian. Jakarta : CV Rajawali.
https://id.wikipedia.org/wiki/Erik_Erikson.
Diakses tanggal 22 Januari 2016
https://id.wikipedia.org/wiki/Sigmund_Freud.
Diakses tanggal 22 Januari 2016
Komentar
Posting Komentar