PSIKOLOGI dALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pada dasarnya pendidikan adalah laksana
eksperimen yang tidak pernah selesai sampai kapan pun, sepanjang ada kehidupan
manusia di dunia ini. Dikatakan demikian , karena pendidikan merupakan bagian
dari kebudayaan dan peradaban manusia yang terus berkembang. Hal ini sejalan
dengan pembawaan manusia yang memiliki potensi kreatif dan inovatif dalam
segala bidang kehidupannya. Pendidikan menjadi perhatian penting bagi
masyarakat, akhir-akhir ini pendidikan diarahkan untuk menanggulangi
permasalahan putus sekolah, kenakalan anak, pengangguran dan dunia kerja.
Belakangan ini orang ramai membicarakan pembaharuan pendidikan untuk menjawab
masalah-masalah yang timbul dalam kehidupan manusia. Bahkan mereka ada yang
meragukan tentang guna dan makna pendidikan itu sendiri, biaya yang dikeluarkan
sudah begitu banyak tetapi kadang mereka tidak bekerja sesuai dengan pengalaman
yang dimiliki dengan lapangan pekerjaan yang ada.
Pendidikan kita
sekarang belum banyak memperhatikan minat dan kebutuhan anak didik. Pendidikan
kita masih banyak digumuli dengan masalah-masalah kompetensi lembaga pendidikan
serta pemenuhan kebutuhan dunia kerja akan tenaga kerja. Dari kenyataan
tersebut, maka sudah tiba masanya sekarang pendidikan lebih melayani kebutuhan
dan hakikat psikologis anak didik. Pendidikan seharusnya mempunyai
kreasi-kreasi baru dengan berorientasi kepada sifat dan hakikat anak didik.
Berdasarkan uraian diatas , pengetahuan psikologis tentang anak didik menjadi
suatu hal yang sangat penting dalam pendidikan , karena pengetahuan tentang
psikologi pendidikan menjadi kebutuhan bagi para pendidik, bahkan bagi setiap
orang yang merasa dirinya seorang pendidik. Sehubungan dengan pentingnya
mengetahui tentang landasan psikologis dalam pendidikan maka pembahasan yang
dilakukan sangat perlu dibincangkan. Pendidikan selalu melibatkan kejiwaan
manusia, sehingga landasan psikologi merupakan salah satu landasan yang penting
dalam bidang pendidikan. Sementara itu keberhasilan pendidik dalam melaksanaan
berbagai peranannya akan dipengaruhi oleh pemahamannya tentang seluk beluk
landasan pendidikan termasuk landasan psikologis dalam pendidikan.
Perbedaan individual terjadi karena
adanya perbedaan berbagai aspek kejiwaan antar peserta didik, bukan hanya yang
berkaitan dengan kecerdasan dan bakat tetapi juga perbedaan pengalaman dan
tingkat perkembangan, perbedaan aspirasi dan cita-cita bahkan perbedaan
kepribadian secara keseluruhan. Oleh sebab itu, pendidik perlu memahami
perkembangan individu peserta didiknya baik itu prinsip perkembangannya maupun
arah perkembangannya. Salah satu cara untuk dapat menghilangkan atau
memperkecil permasalahan adalah berpijak pada teori-teori pendidikan. Dengan
demikian dapat memperkecil dan memecahkan beragam permasalahan pendidikan pada
umumnya dan pembelajaran khususnya.
B. Permasalahan
Permasalahan yang akan dibahas dalam
makalah ini adalah:
1. Apa
pengertian Landasan Psikologi dalam pendidikan ?
2. Bagaimanakah
pentingnya landasan psikologi dalam pendidikan ?
3. Bagaimanakah
implikasi landasan psikologi dalam pendidikan ?
C. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini sesuai
dengan permasalahan yang akan dibahas, yaitu:
1. Memahami
pengertian Landasan Psikologi dalam pendidikan,
2. Mengetahui
bagaimanakah pentingnya landasan psikologi dalam pendidikan,
3. menjelaskan
implikasi landasan psikologi dalam pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Landasan Psikologi dalam
pendidikan
Pengertian
psikologi, menurut asal katanya psikologi berasal dari bahasa
Yunani yaitu Psyche dan Logos. Psyche berarti
jiwa, sukma dan roh, sedangkan logosberarti
ilmu pengetahuan atau studi. Jadi pengertian psikologi secara harfiah
adalah ilmu tentang jiwa. Dengan pesatnya perkembangan teknologi dari ilmu
pengetahuan, maka perubahan-perubahan pesat terjadi pula dalam bidang
pendidikan. Kurikulum yang sering direvisi dalam pengembangannya, tujuan
pendidikan sering mengalami perubahan dalam perumusannya, metode belajar
mengajar sering mengalami perubahan dan pengembangan, dan sumber serta
fasilitas belajar sering mengalami penambahan.
Dari uraian diatas dapat kita ambil
makna bahwa perkembangan teknologi pada ilmu pengetahuan dapat membuat
perubahan-perubahan dalam dunia pendidikan , baik pada revisi dan pengembangan
kurikulum, metode, rumusan , serta sumber dan fasilitas belajar dapat memancing
berbagai macam tanggapan apakah semua hal itu dapat mengganggu pelaksanaan
aktivitas belajar sehingga akan mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan peserta
didik, dan akhirnya timbul kekhawatiran akan diabaikannya psikologi dalam
pendidikan.
Psikologi dapat
diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari tingkah laku
manusia dalam hubungan dengan lingkungan[1]
pengertian yang sama juga menyebutkan bahwa psikologi
merupakan suatu ilmu yang berkaitan dengan proses mental, baik normal maupun
abnormal dan pengaruhnya pada perilaku, ilmu pengetahuan tentang gejala dan
kegiatan jiwa[2]
Untuk mengatasi kekhawatiran tersebut ,
maka diharapkan peserta didik dapat mempunyai tingkat keaktifan yang tinggi,
baik itu secara fisiologis maupun psikologis. Dengan demikian psikologi tetap
akan memperoleh tempat dalam dunia pendidikan.
Berbicara mengenai situasi pengajaran di
Indonesia, kita tidak menutupi kenyataan bahwa sekolah-sekolah saat ini masih
mengutamakan penguasaan mata pelajaran-mata pelajaran. Akibatnya guru dan murid
masih dibatasi kebijakan dan pengawasan dari pihak pemerintah, sehingga
keberhasilan pendidikan tidak pernah lepas dari keterampilan guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran. Pendidikan kita pada saat ini belum banyak
memperhatikan minat dan kebutuhan peserta didik, melainkan pendidikan masih
digumuli dengan masalah-masalah kompetensi lembaga pendidikan dengan pemenuhan
kebutuhan dunia kerja akan tenaga kerja .
Dengan demikian sudah saatnya sekarang
pendidikan kita untuk melayani kebutuhan dan hakikat psikologis peserta didik.
Pemahaman pada peserta didik yang berkaitan dengan aspek kejiwaan merupakan
salah satu kunci keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu, hasil kajian dan
penemuan psikologi sangat diperlukan penerapannya dalam bidang pendidikan.
Untuk itu psikologi menyediakan sejumlah
informasi tentang kehidupan pribadi manusia pada umumnya serta berkaitan dengan
aspek pribadi. Individu memiliki bakat,
kemampuan, minat, kekuatan serta tempo, dan irama perkembangannya yang berbeda
satu dengan yang lain. Sebagai implikasinya pendidik tidak mungkin
memperlakukan sama kepada setiap peserta didik, sekalipun mereka mungkin
memiliki beberapa persamaan. Penyusunan kurikulum perlu berhati-hati dalam
menentukan jenjang pengalaman belajar yang akan djadikan garis-garis besar
program pengajaran serta tingkat keterincian bahan belajar yang digariskan.
Landasan Psikologi pendidikan adalah
suatu landasan dalam proses pendidikan yang membahas berbagai informasi
tentang kehidupan manusia pada umumnya serta gejala-gejala yang berkaitan
dengan aspek pribadi manusia pada setiap tahapan usia perkembangan tertentu
untuk mengenali dan menyikapi manusia sesuai dengan tahapan usia
perkembangannya yang bertujuan untuk memudahkan proses pendidikan. Kajian
psikologi yang erat hubungannya dengan pendidikan adalah yang berkaitan dengan
kecerdasan, berpikir, dan belajar[3]
B. Landasan Psikologi dalam Pendidikan
Landasan psikologi
pendidikan merupakan salah satu landasan yang penting dalam pelaksanaan
pendidikan karena keberhasilan pendidik dalam menjalankan tugasnya sangat
dipengaruhi oleh pemahamannya tentang peserta didik. Oleh karena itu pendidik
harus mengetahui apa yang harus dilakukan kepada peserta didik dalam setiap
tahap perkembangan yang berbeda dari bayi hingga dewasa
Keadaan anak
yang tadinya belum dewasa hingga menjadi dewasa berarti mengalami
perubahan,karena dibimbing, dan kegiatan bimbingan merupakan usaha atau
kegiatan berinteraksi antara pendidik,anak didik dan lingkungan. Perubahan
tersebut adalah merupakan gejala yang timbul secara psikologis. Di dalam
hubungan inilah kiranya pendidik harus mampu memahami perubahan yang terjadi
pada diri individu, baik perkembangan maupun pertumbuhannya. Atas dasar itu
pula pendidik perlu memahami landasan pendidikan dari sudut psikologis.
Dengan demikian, psikologi adalah salah satu landasan pokok dari
pendidikan. Antara psikologi dengan pendidikan merupakan satu kesatuan yang
sangat sulit dipisahkan. Subyek dan obyek pendidikan adalah manusia, sedangkan psikologi menelaah
gejala-gejala psikologis dari manusia. Dengan demikian keduanya menjadi satu
kesatuan yang tidak terpisahkan.
Dalam proses dan pelaksanaan
kegiatan-kegiatan pendidikan peranan psikologi menjadi sangat mutlak. Analisis
psikologi akan membantu para pendidik memahami struktur psikologis anak didik
dan kegiatan-kegiatannya, sehingga kita dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan
pendidikan secara efektif.
Lumsdaine dalam Miarso, berpendapat
bahwa ilmu perilaku, khususnya teori belajar, merupakan ilmu yang utama untuk
mengembangkan teknologi pembelajaran[4].
Bahkan Deterline dalam Miarso, menyatakan bahwa teknologi pembelajaran
merupakan aplikasi teknologi perilaku yaitu untuk menghasilkan perilaku
tertentu secara sistematik guna keperluan pembelajaran.[5]
Tujuan perilaku perlu ditetapkan
terlebih dahulu sebelum mengembangkan pembelajaran agar dapat dijadikan bukti
bahwa seseorang telah belajar. Tujuan perilaku ini merupakan ciri yang harus
ada dalam setiap model pengembangan pembelajaran yang merupakan salah satu
bentuk konsepsi teknologi pendidikan.
Pada akhir abad ke-19 ada dua aliran
psikologi belajaryang sangat menonjol, yakni aliran behavioristik dan aliran
kognitif atau teori komprehensif. Kedua aliran tersebut besar sekali
pengaruhnya terhadap teori pengajaran. Bahkan bias dikatakan hampir semua
pengajaran yang dilaksanakan saat ini dihasilkan dari kedua aliran psikologi
belajar tersebut[6]
Ada tiga teori
belajar aliran behavioristik yang paling terkenal yaitu : (a) teori
koneksionisme dari Thorndike, (b) teori kondisioning dari Pavlov, dan (c) teori
kondisioning operan (operant conditioning) dari Skinner.
(a). Teori koneksionisme (E. L.
Thorndike)
Thorndike
pada tahun 1901 dengan teori psikologi perkembangannya merupakan landasan
pertama ke arah teknologi pembelajaran yang menyatakan tiga dalil utama :
1. Dalil
latihan dan ulangan: makin sering diulang respons yang berasal dari stimulus
tertentu, makin besar kemungkinan dicamkan.
2. Dalil
akibat: menyatakan prinsip hubungan senang tidak senang. Respons akan diperkuat
bilamana diikuti oleh rasa senang, dan akan diperlemah bila diikuti rasa tidak
senang.
3. Dalil
kesiapan: karena perkembangan sistem syaraf maka unit perilaku tertentu akan
lebih mudah dilakukan, dibandingkan dengan unit perilaku lain.
Menurut Saettler, kontribusi Thorndike
dalam teknologi pembelajaran adalah dengan rumusannya tentang pinsip-prinsip:
(1) aktivitas diri, (2) minat atau motivasi, (3) kesiapan mental, (4)
individualisasi, dan (5) sosialisasi.
Prinsip yang dikemukakan oleh Thorndike
ini memang masih banyak dianut hingga kini, terutama dalam menentukan strategi
belajar dan merancang produk pembelajaran.
(b). Teori kondisioning klasikal (Ivan Pavlov)
Teori kondisioning klasikal berpendapat bahwa tingkah laku dibentuk melalui
pengaturan dan manipulasi stimulus dalam lingkungan. Proses pembentukan tingkah
laku tersebut disebut proses pengkondisian. Dalam teori kondisioning klasikal,
memberikan pancingan dan dorongan stimulus belajar merupakan factor penting
agar dapat menimbulkan respons sehingga terjadi proses perubahan tingkah laku.
(c ). Teori kondisioning operan (B. F.
Skinner)
Seperti halnya kelompok penganut psikologi
modern, Skinner mengadakan pendekatan behavioristik untuk menerangkan tingkah
laku. B.F. Skinner berkebangsaan Amerika dikenal sebagai tokoh behavioris
dengan pendekatan model instruksi langsung dan meyakini bahwa perilaku
dikontrol melalui prosesoperant conditioning.
Di mana seorang dapat mengontrol tingkah laku organisme melalui pemberian
reinforcement yang bijaksana dalam lingkungan relatif besar. Dalam beberapa
hal, pelaksanaannya jauh lebih fleksibel daripada conditioning klasik. Gaya
mengajar guru dilakukan dengan beberapa pengantar dari guru secara searah dan
dikontrol guru melalui pengulangan dan latihan.
Menajemen Kelas
menurut Skinner adalah berupa usaha untuk memodifikasi perilaku antara lain
dengan proses penguatan yaitu memberi penghargaan pada perilaku yang diinginkan
dan tidak memberi imbalan apapun pada perilaku yanag tidak tepat. Operant
Conditioning adalah suatu proses perilaku operant ( penguatan positif atau
negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau
menghilang sesuai dengan keinginan[7].
Berdasarkan
berbagai percobaannya pada tikus dan burung merpati Skinner mengatakan bahwa
unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan. Maksudnya adalah pengetahuan
yang terbentuk melalui ikatan stimulus respon akan semakin kuat bila diberi
penguatan. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua yaitu penguatan positif
dan penguatan negatif. Bentuk bentuk penguatan positif berupa hadiah, perilaku,
atau penghargaan. Bentuk bentuk penguatan negatif antara lain menunda atau
tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku
tidak senang.
1. 3. Implikasi
Landasan Psikologi dalam Pendidikan
3.1 Definisi dan prinsip perkembangan
Perkembangan adalah proses terjadinya
perubahan pada manusia baik secara fisik maupun secara mental sejak berada di
dalam kandungan sampai manusia tersebut meninggal. Proses perkembangan
pada manusia terjadi dikarenakan manusia mengalami kematangan dan proses
belajar dari waktu ke waktu.
Kematangan adalah perubahan yang terjadi
pada individu dikarenakan adanya pertumbuhan fisik dan biologis, misalnya
seorang anak yang beranjak dewasa akan mengalami perubahan fisik dan mentalnya.
Sedangkan
belajar adalah proses yang berkesinambungan dari sebuah pengalaman yang
akan membuat individu berubah dari tidak tahu menjadi tahu ( kognitif ),
dari tidak mau menjadi mau ( afektif ) dan dari tidak bisa menjadi bisa (
psikomotorik ), misalnya seorang anak yang belajar mengendarai sepeda akan
terlebih dahulu diberi pengarahan oleh orang tuanya lalu anak tersebut mencoba
untuk mengendarai sepeda hingga menjadi bisa.
Proses kematangan dan belajar akan
sangat menentukan kesiapan belajar pada seseorang, misalnya seseorang yang
proses kematangan dan belajarnya baik akan memiliki kesiapan belajar yang jauh
lebih baik dengan seseorang yang proses kematangan dan belajarnya buruk.
Manusia dalam perkembangannya mengalami
perubahan dalam berbagai aspek yang ada pada manusia dan aspek-aspek tersebut
saling berhubungan dan berkaitan. Aspek-aspek dalam perkembangan tersebut
diantaranya adalah aspek fisik, mental, emosional, dan sosial
Semua manusia
pasti akan mengalami perkembangan dengan tingkat perkembangan yang berbeda, ada
yang berkembang dengan cepat dan ada pula yang berkembang dengan lambat. Namun
demikian dalam proses perkembangan terdapat nilai-nilai universal yang dimiliki
oleh semua orang yaitu prinsip
perkembangan .
Prinsip
perkembangan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
– Perkembangan
terjadi terus menerus hingga manusia meninggal dunia
– Kecepatan
perkembangan setiap individu berbeda-beda
– Semua
aspek perkembangan saling berkaitan dan berhubungan satu sama
lainnya
– Arah
perkembangan individu dapat diprediksi
– Perkembangan
terjadi secara bertahap dan tiap tahapan mempunyai karakteristik tertentu.
3.2 Pengaruh Hereditas dan Lingkungan
Terhadap Perkembangan Individu
a.
Nativisme
Teori nativisme adalah teori yang
berasumsi bahwa setiap individu dilahirkan kedunia dengan membawa
faktor-faktor turunan dari orang tuanya dan faktor tersebut yang menjadi faktor
penentu perkembangan individu.
Tokoh teori ini adalah Schoupenhauer dan
Arnold Gessel, implikasi teori nativisme terhadap pendidikan yaitu kurang
memberikan kemungkinan bagi pendidik untuk mengubah kepribadian peserta didik.
b.
Empiris
Teori empiris adalah teori yang
berasumsi bahwa setiap individu yang terlahir ke dunia adalah dalam kaeadaan
bersih sedangkan faktor penentu perkembangan individu tersebut adalah
lingkungan dan pengalaman.
Tokoh
teori ini adalah John Lock dan J.B. Watson
Implikasinya
teori empirisme terhadap pendidikan yaitu dapat memberikan kemungkinan
sepenuhnya bagi pendidik untuk dapat membentuk kepribadian peserta didik.
c.
Konvergensi
Teori konvergensi adalah teori yang
berasumsi bahwa perkembangan individu ditentukan oleh faktor keturunan dan
faktor lingkungan serta pengalaman, atau dengan kata lain teori ini adalah
gabungan dari teori empiris dan teori konvergensi.
Tokoh
teori ini adalah Wiliam Stern dan Robert J Havighurst.
Implikasi teori konvergensi terhadap
pendidikan yaitu dapat memberikan kemungkinan kepada pendidik untuk membentuk
kepribadian individu sesuai yang diharapkan akan tetapi tetapa memperhatikan
faktor-faktor hereditas yang ada pada individu.
3.3 Tahapan dan Tugas Perkembangan Serta
Implikasinya Terhadap Perlakuan Pendidik
Asumsi bahwa anak adalah orang dewasa
dalam skala kecil ( anak adalah orang dewasa mini ) telah ditinggalkan orang
sejak lama, sebagaimana kita maklumi bahwa masa anak-anak adalah suatu tahap
yang berbeda dengan orang dewasa. Anak menjadi dewasa melalui suatu proses
pertumbuhan bertahap mengenai keadaan fisik, social, emosional, moral dan
mentalnya. Seraya mereka berkembang, mereka mempunyai cara-cara memahami
bereaksi, dan mempresepsi yang sesuai dengan usianya. Inilah yang oleh ahli
psikologi disebut tahap perkembangan.
Robert Havighurst
membagi perkembangan individu menjadi 4
tahap, yaitu masa bayi dan masa kanak-kanak kecil ( 0-6 tahun ), masa
kanak-kanak ( 6-12 tahun ), masa remaja atau adolesen ( 12-18 tahun ), dan masa
dewasa ( 18- …tahun ), seorang pendidik dalam proses pebelajarannya harus
memperhatikan tugas perkembangan pada setiap masa perkembangan anak. Dimulai
dari perencanaan pembalajaran yang akan dilaksanakan sampai dengan penilaian
akhir serta evaluasi pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari pemahaman akan
tugas perkembangan peserta didik pada setiap masa perkembangannya.[8]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian pembahasan landasan
psikologis dalam pendidikan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Landasan
Psikologi dalam pendidikan adalah suatu landasan dalam proses pendidikan yang
membahas berbagai informasi tentang kehidupan manusia pada umumnya serta
gejala-gejala yang berkaitan dengan aspek pribadi manusia pada setiap tahapan
usia perkembangan tertentu untuk mengenali dan menyikapi manusia sesuai dengan
tahapan usia perkembangannya yang bertujuan untuk memudahkan proses pendidikan.
2. Landasan
psikologi pendidikan merupakan salah satu landasan yang penting
dalam pelaksanaan pendidikan karena keberhasilan pendidik dalam menjalankan
tugasnya sangat dipengaruhi oleh pemahamannya tentang peserta didik. Oleh
karena itu pendidik harus mengetahui apa yang harus dilakukan kepada peserta
didik dalam setiap tahap perkembangan yang berbeda dari bayi hingga dewasa
3.
Implikasi
landasan psikologi dalam pendidikan adalah:
– Seorang
pendidik dalam proses pebelajarannya memberikan kemungkinan untuk membentuk
kepribadian individu sesuai yang diharapkan akan tetapi tetap memperhatikan
faktor-faktor hereditas yang ada pada individu.
– Seorang
pendidik dalam proses pebelajarannya harus memperhatikan tugas perkembangan
pada setiap masa perkembangan anak.
B. Saran
Karena
begitu pentingnnya landasan psikologi dalam pendidikan maka seluruh calon
pendidik dan para pendidik diharapkan mampu mempelajari serta mengaplikasikan
landasan psikologi dalam pendidikan agar proses pendidikan berjalan dengan baik
DAFTAR
PUSTAKA
Drs. Dadang Sukarman, M.Pd. 2007,Pengembangan Kurikulum – electronic book
Kurikulum dan Tekhnologi Pendidikan – UPI. Bandung: Jurusan Kurikulum dan
Teknologi Pendidikan UPI.
Miarso, Yusufhadi, 2009. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan.Jakarta :
Kencana
Nana, Sudjana. 2009. Teknologi Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo
Pidarta
Made ( 2007 ). Landasan Pendidikan : Stimulus ilmu Pendidikan Becorak
Indonesia: Rineka Cipta
Pusat Bahasa Depdiknas. Kamus Besar Bahasa Indonesia—Edisi
ketiga, cetakan ketiga. 2005 Jakarta: Balai Pustaka.. Hal. 901
Suryabrata,
Sumadi. Psikologi Pendidikan 1984,CV. Rajawali Jakarta
Tirtaraharja,
Umar .2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Trimanjuniarso. 2008. Teori Belajar Behavioristik. http://
trimanjuniarso .files.wordpress. com / 2008/02/teori-belajar- behavioristik.doc.
di akses tanggal 29 Januari 2016
http :// http://www.idonbiu.com/ 2009/ 04 / teori-perkembangan-kognitif-piaget.html. diakses tanggal 29 Januari 2016
[1]
Drs. Dadang Sukarman, M.Pd. Pengembangan Kurikulum – electronic book
Kurikulum dan Tekhnologi Pendidikan – UPI. Bandung: Jurusan Kurikulum dan Teknologi
Pendidikan UPI. 2007, h. 20
[2] Pusat Bahasa Depdiknas. Kamus
Besar Bahasa Indonesia—Edisi ketiga, cetakan ketiga. Jakarta: Balai
Pustaka. 2005. Hal. 901
[3]
Tirtaraharja,
Umar. Pengantar Pendidikan. Jakarta:
Rineka Cipta 2005: h 106
[4]
Miarso,
Yusufhadi, Menyemai Benih
Teknologi Pendidikan.Jakarta : Kencana 2009: h 111
[5]
ibid
Komentar
Posting Komentar