VALIDITAS DAN RELIABILITAS

Pengertian Validitas:
1.      Menurut Gronlund dan Linn (1990)
Validitas adalah ketepatan interpretasi yang dibuat dari hasil pengukuran atau evaluasi
2.      Menurut Anastasi (1990)
Validitas adalah ketepatan mengukur konstruk, menyangkut; “What the test measure and how well it does”
3.      Menurut Arikunto (1995)
Validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen bersangkutan yang mampu mengukur apa yang akan diukur.
4.      Menurut Sukadji (2000)
Validitas adalah derajat yang menyatakan suatu tes mengukur apa yang seharusnya diukur.
5.      Menurut Azwar (2000)
Validitas adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsinya.
Pengertian Uji Validitas:
Menurut Sugiyono (2006)
Uji validitas adalah suatu langkah pengujian yang dilakukan terhadap isi (content) dari suatu instrumen, dengan tujuan untuk mengukur ketepatan instrumen yang digunakan dalam suatu penelitian
Tujuan uji validitas:
Mengetahui sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukuran dalam melakukan fungsi ukurnya.
Agar data yang diperoleh bisa relevan/sesuai dengan tujuan diadakannya pengukuran tersebut.
Macam-macam validitas:
Menurut Djaali dan Pudji (2008)  validitas dibagi menjadi 3 yaitu:
  1. Validitas isi (content validity)
  2. Validitas Konstruk (Construct validity)
  3. Validitas empiris
Validitas isi (content validity)
Validitas isi suatu tes mempermasalahkan seberapa jauh suatu tes mengukur tingkat penguasaan terhadap isi suatu materi tertentu yang seharusnya dikuasai sesuai dengan tujuan pengajaran.
Dengan kata lain, tes yang mempunyai validitas isi yang baik ialah tes yang benar-benar mengukur penguasaan materi yang seharusnya dikuasai sesuai dengan konten pengajaran yang tercantum dalam Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP).
Menurut Gregory (2000) validitas isi menunjukkan sejauhmana pertanyaan, tugas atau butir dalam suatu tes atau instrumen mampu mewakili secara keseluruhan dan proporsional perilaku sampel yang dikenai tes tersebut. Artinya tes mencerminkan keseluruhan konten atau materi yang diujikan atau yang seharusnya dikuasai secara proporsional.
Untuk mengetahui apakah tes itu valid atau tidak harus dilakukan melalui penelaahan kisi-kisi tes untuk memastikan bahwa soal-soal tes itu sudah mewakili atau mencerminkan keseluruhan konten atau materi yang seharusnya dikuasai secara proporsional. Oleh karena itu, validitas isi suatu tes tidak memiliki besaran tertentu yang dihitung secara statistika, tetapi dipahami bahwa tes itu sudah valid berdasarkan telaah kisi-kisi tes. Oleh karena itu, wiersma dan Jurs dalam Djaali dan Pudji (2008) menyatakan bahwa validitas isi sebenarnya mendasarkan pada analisis logika, jadi tidak merupakan suatu koefisien validitas yang dihitung secara statistika.
Untuk memperbaiki validitas suatu tes, maka isi suatu tes harus diusahakan agar mencakup semua pokok atau sub-pokok bahasan yang hendak diukur. Kriteria untuk menentukan proporsi masing-masing pokok atau sub pokok bahasan yang tercakup dalam suatu tes ialah berdasarkan banyaknya isi (materi) masing-masing pokok atau sub-pokok bahasan seperti tercantum dalam kurikulum atau Garis-Garis Besar Program Pengajaran(GBPP).
Selain itu, penentuan proporsi tersebut dapat pula didasarkan pendapat (judgement) para ahli dalam bidang yang bersangkutan. Jadi situasi tes akan mempunyai validitas isi yang baik jika tes tersebut terdiri dari item-item yang mewakili semua materi yang hendak diukur. Salah satu cara yang biasa digunakan untuk memperbaiki validitas isi suatu tes ialah dengan menggunakan blue-print untuk menentukan kisi-kisi tes.
Validitas Konstruk (Construct validity)
Menurut Djaali dan Pudji (2008) validitas konstruk adalah validitas yang mempermasalahkan seberapa jauh item-item tes mampu mengukur apa-apa yang benar-benar hendak diukur sesuai dengan konsep khusus atau definisi konseptual yang telah ditetapkan.
Validitas konstruk biasa digunakan untuk instrumen-instrumen yang dimaksudkan mengukur variabel-variabel konsep, baik yang sifatnya performansi tipikal seperti instrumen untuk mengukur sikap, minat, konsep diri, lokus control, gaya kepemimpinan, motivasi berprestasi, dan lain-lain, maupun yang sifatnya performansi maksimum seperti instrumen untuk mengukur bakat (tes bakat), intelegensi (kecerdasan intelekual), kecerdasan emosional dan lain-lain.
Untuk menentukan validitas konstruk suatu instrumen harus dilakukan proses penelaahan teoritis dari suatu konsep dari variabel yang hendak diukur, mulai dari perumusan konstruk, penentuan dimensi dan indikator, sampai kepada penjabaran dan penulisan butir-butir item instrumen. Perumusan konstruk harus dilakukan berdasarkan sintesis dari teori-teori mengenai konsep variabel yang hendak diukur melalui proses analisis dan komparasi yang logik dan cermat.
Menyimak proses telaah teoritis seperti telah dikemukakan, maka proses validasi konstruk sebuah instrumen harus dilakukan melalui penelaahan atau justifikasi pakar atau melalui penilaian sekelompok panel yang terdiri dari orang-orang yang menguasai substansi atau konten dari variabel yang hendak diukur.
Contoh Format Penelaahan Butir Soal Bentuk Uraian
Mata Pelajaran           :……………………………………………………..
Kelas/Semester           :……………………………………………………..
Penelaah                     :……………………………………………………..
Petunjuk pengisian format penelaahan butir soal bentuk uraian:
Analisislah setiap butir soal berdasarkan semua kriteria yang tertera di dalam format!
Berilah tanda cek ( ) pada kolom “ya” bila soal yang ditelaah sudah sesuai dengan kriteria
Berilah tanda cek ( ) pada kolom “tidak” bila soal yang ditelaah tidak sesuai dengan kriteria, kemudian tuliskan alasan pada ruang catatan atau pada teks soal dan perbaikannya.
No.
Aspek yang Ditelaah
Nomor Soal
1
2
3
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak

A12
3
4
B
5
6
7
8
C
9
10
11
12
13
MateriSoal sesuai dengan indikator (menuntut tes tertulis untuk bentuk uraian)Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan sudah sesuai
Materi yang ditanyakan sesuai dengan kompetensi (urgensi, relevasi, kontinyuitas, keterpakaian sehari-hari tinggi)
Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang jenis sekolah atau tingkat kelas
Konstruksi
Menggunakan kata tanya atau perintah yang menuntutjawaban uraian
Ada petunjuk yang jelas tentang cara pengerjaan soal.
Ada pedoman penskorannya
Tabel, gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya disajikan dengan jelas dan terbaca
Bahasa
Rumusan kalimat soal komunikatif
Butir soal menggunakan bahasa Indonesia yang baku
Tidak menggunakan kata/ungkapan yang menimbulkan penafsiran ganda atau salah pengertian
Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu
Rumusan soal tidak mengandung kata/ungkapan yang dapat menyinggung perasaan siswa

Catatan:
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
Contoh Format Penelaahan Butir Soal Bentuk Pilihan Ganda
Mata Pelajaran           :……………………………………………………..
Kelas/Semester           :……………………………………………………..
Penelaah                     :……………………………………………………..
Petunjuk pengisian format penelaahan butir soal bentuk pilihan ganda:
Analisislah setiap butir soal berdasarkan semua kriteria yang tertera di dalam format!
Berilah tanda cek ( ) pada kolom “ya” bila soal yang ditelaah sudah sesuai dengan kriteria
Berilah tanda cek ( ) pada kolom “tidak” bila soal yang ditelaah tidak sesuai dengan kriteria, kemudian tuliskan alasan pada ruang catatan atau pada teks soal dan perbaikannya.

No.
Aspek yang Ditelaah
Nomor Soal
1
2
3
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak

A12
3
4
B
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
C
15
16
17
18
MateriSoal sesuai dengan indikator (menuntut tes tertulis untuk bentuk pilihan ganda)Materi yang ditanyakan sesuai dengan kompetensi (urgensi, relevasi, kontinyuitas, keterpakaian sehari-hari tinggi)
Pilihan jawaban homogen dan logis
Hanya ada satu kunci jawaban
Konstruksi
Pokok soal dirumuskan dengan singkat, jelas dan tegas
Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban merupakan pernyataan yang diperlukan saja
Pokok soal tidak memberi petunjuk kunci jawaban
Pokok soal bebas dari pernyataan yang bersifat negatif ganda
Pilihan jawaban homogeny dan logis ditinjau dari segi materi
Gambar, grafik, table, diagram, atau sejenisnya jelas dan berfungsi
Panjang pilihan jawaban relatif sama
Pilihan jawaban tidak menggunakan pernyataan “semua  jawaban di atas salah/benar” dan sejenisnya
Pilihan jawaban yang berbentuk angka/waktu disusun berdasarkan urutan besar kecilnya angka atau kronologisnya
Butir soal tidak bergantung pada jawaban soal sebelumnya
Bahasa
Menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia
Menggunakan bahasa yang komunikatif
Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu
Pilihan jawaban tidak mengulang kata/kelompok kata yang sama, kecuali merupakan satu kesatuan pengertian
Catatan:
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
Validitas empiris
Validitas empiris sama dengan validitas kriteria yang berarti bahwa validitas ditentukan berdasarkan kriteria, baik kriteria internal maupun kriteria eksternal. Kriteria internal adalah tes atau instrumen itu sendiri yang menjadi kriteria, sedangkan kriteria eksternal adalah hasil ukur instrumen atau tes lain di luar instrumen itu sendiri yang menjadi kriteria. Ukuran lain yang sudah dianggap baku atau dapat dipercaya dapat pula dijadikan sebagai kriteria eksternal.
Validitas yang ditentukan berdasarkan kriteria internal disebut validitas internal, sedangkan validitas yang ditentukan berdasarkan kriteria eksternal disebut validitas eksternal.
Validitas internal
Validitas internal merupakan validitas yang diukur dengan besaran yang menggunakan instrumen sebagai suatu kesatuan (keseluruhan butir) sebagai kriteria untuk menentukan validitas item atau butir dari instrumen itu. Dengan demikian validitas internal mempermasalahkan validitas butir atau item suatu instrumen dengan menggunakan hasil ukur instrumen tersebut sebagai suatu kesatuan dan sebagai kriteria, sehingga biasa disebut juga validitas butir.
Pengujian validitas butir instrumen atau soal tes dilakukan dengan menghitung koefesien korelasi antara skor butir instrumen atau soal tes dengan skor total instrumen atau tes. Butir atau soal yang dianggap valid adalah butir instrumen atau soal tes yang skornya mempunyai koefesien korelasi yang signifikan dengan skor total instrumen atau tes.
Validitas eksternal
Kriteria eksternal dapat berupa hasil ukur instrumen yang sudah baku atau instrumen yang dianggap baku dapat pula berupa hasil ukur lain yang sudah tersedia dan dapat dipercaya sebagai ukuran dari suatu konsep atau varaibel yang hendak diukur. Validitas eksternal diperlihatkan oleh suatu besaran yang merupakan hasil perhitungan statistika. Jika kita menggunakan hasil ukur instrumen yang sudah baku sebagai kriteria eksternal, maka besaran validitas eksternal dari instrumen yang kita kembangkan didapat dengan jalan mengkorelasikan skor hasil ukur instrumen yang dikembangkan dengan skor hasil ukur instrumen baku yang dijadikan kriteria. Makin tinggi koefesien korelasi yang didapat, maka validitas instrumen yang dikembangkan juga makin baik. Kriteria yang digunakan untuk menguji validitas eksternal adalah nilai table r (r-tabel).
Jika koefesien korelasi antara skor hasil ukur instrumen yang dikembangkan dengan skor hasil ukurinstrumen baku lebih besar dari pada r-tabel, maka instrumen yang dikembangkan dapat valid berdasarkan kriteria eksternal yang dipilih (hasil ukur instrumen baku). Jadi keputusan uji validitas dalam hal ini adalah mengenai valid atau tidaknya instrumen sebagai suatu kesatuan, bukan valid atau tidaknya butir instrumen seperti pada validitas internal.
Ditinjau dari kriteria eksternal yang dipilih, validitas eksternal dapat dibedakan atas dua macam yaitu:
  1. Validitas prediktif apabila kriteria eksternal yang digunakan adalah adalah ukuran atau penampilan masa yang akan datang.
  2. Validitas kongkuren apabila kriteria eksternal yang digunakan adalah ukuran atau penampilan saat ini atau saat yang bersamaan dengan pelaksanaan pengukuran.
Uji Reliabilitas
Pengertian Reliabilitas:
  1. 1.      Menurut Gronlund dan Linn (1990)
Reliabilitas adalah ketepatan hasil yang diperoleh dari suatu pengukuran.
  1. 2.      Menurut Sukadji (2000)
Reliabilitas suatu tes adalah seberapa besar derajat tes mengukur secara konsisten sasaran yang diukur. Reliabilitas dinyatakan dalam bentuk angka, biasanya sebagai koefesien. Koefesien tinggi berarti reliabilitas tinggi.
  1. 3.      Menurut Anastasia dan Susana (1997)
Reliabilitas adalah sesuatu yang merujuk pada konsistensi skor yang dicapai oleh orang yang sama ketika mereka diuji ulang dengan tes yang sama pada kesempatan yang berbeda, atau dengan seperangkat butir-butir ekuivalen (equivalent items) yang berbeda, atau di bawah kondisi pengujian yang berbeda.
  1. 4.      Menurut Sugiono (2005) dalam Suharto (2009)
Reliabilitas adalah serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur yang memiliki konsistensi bila pengukuran yang dilakukan dengan alat ukur itu dilakukan secara berulang.
  1. 5.      Menurut Suryabrata (2004)
Reliabilitas adalah sejauh mana hasil pengukuran dengan alat tersebut dapat dipercaya.
Pengertian Uji Reliabilitas:
Menurut Husaini (2003)
Uji reliabilitas adalah proses pengukuran terhadap ketepatan (konsisten) dari suatu instrumen.
Pengujian ini dimaksudkan untuk menjamin instrumen yang digunakan merupakan sebuah instrumen yang handal, konsistensi, stabil dan dependibalitas, sehingga bila digunakan berkali-kali dapat menghasilkan data yang sama.
Tujuan dari uji reliabilitas:
Menunjukkan konsistensi skor-skor yang diberikan skorer satu dengan skorer lainnya.
Tujuan dari uji reliabilitas ini adalah untuk menunjukkan konsistensi skor-skor yang diberikan skorer satu dengan skorer lainnya.
Menurut Djaali dan Pudji (2008) reliabilitas dibedakan menjadi dua macam, yaitu
1.      Reliabilitas konsistensi tanggapan
Reliabilitas ini mempersoalkan apakah tanggapan responden atau objek terhadap tes tersebut sudah baik atau konsisten. Jika hasil pengukuran kedua menunjukkan ketidakkonsistenan maka hal ini akan menunjukkan bahwa hasil ukur tes atau instrumen tersebut tidak dapat dipercaya atau tidak reliable serta tidak dapat digunakan sebagai ukuran untuk mengungkapkan ciri atau keadaan sesungguhnya dari objek pengukuran.
Ada tiga mekanisme untuk memeriksa reliabilitas tanggapan responden terhadap tes yaitu:
  1. Teknik test-retest ialah pengetesan dua kali dengan menggunakan suatu tes yang sama pada waktu yang berbeda.
  2. Teknik belah dua ialah pengetesan (pengukuran) yang dilakukan dengan dua kelompok item yang setara pada saat yang sama.
  3. Bentuk ekivalen ialah pengetesan (pengukuran) yang dilakukan dengan menggunakan dua tes yang dibuat setara kemudian diberikan kepada responden atau obyek tes dalam waktu yang bersamaan.
  4. 2.      Reliabilitas konsistensi gabungan item
Reliabilitas ini berkaitan dengan kemantapan atau konsistensi antara item-item suatu tes. Bila terhadap bagian obyek ukur yang sama, hasil ukur melalui item yang satu kontradiksi atau tidak konsisten dengan hasil ukur melalui item yang lain maka pengukuran dengan tes (alat ukur) sebagai suatu kesatuan itu tidak dapat dipercaya.
Koefesien reliabilitas konsistensi gabungan item dapat dihitung dengan menggunakan:
  1. Rumus Kuder-Richardson, yang dikenal dengan nama KR-20 dan KR-21.
  2. Rumus koefisien Alpha atau Alpha Cronbach.
  3. Rumus reliabilitas Hoyt, yang menggunakan analisis varian.
Contoh Uji Validitas dan Uji Reliabilitas:
Contoh perhitungan korelasi butir untuk soal bentuk uraian dengan skor butir kontinum.
Uji Validitas
Jika skor butir instrumen atau soal tes kontinum (misalnya skala sikap atau soal bentuk uraian dengan skor butir 1-5 atau skor soal 0-10) dan diberi simbol Xi dan skor total instrumen atau tes diberi simbol Xt, maka rumus yang digunakan untuk menghitung koefesien korelasi antara skor butir instrumen atau soal dengan skor total instrumen atau skor total tes adalah sebagai berikut:
Keterangan:
rit = koefisien korelasi antara skor butir soal dengan skor total.
 xi = jumlah kuadrat deviasi skor dari Xi
   xt = jumlah kuadrat deviasi skor dari Xt
Data hasil uji coba adalah sebagai berikut:
Nomor Responden
Nomor Butir Pertanyaan
Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
1
5
4
3
5
3
5
3
28
2
5
4
3
4
3
4
3
26
3
4
4
2
4
3
4
3
24
4
4
3
3
3
4
3
4
24
5
5
5
3
4
5
5
4
31
6
3
3
2
3
2
3
1
17
7
3
3
2
3
2
2
2
17
8
3
2
2
3
2
2
2
16
9
2
2
1
2
1
2
1
11
10
2
1
1
1
1
1
1
8
Jumlah
36
31
22
32
26
31
24
202
Penyelesaian:
Untuk n=10 dengan alpha sebesar 0,05 didapat nilai table r=0,631. Karena nilai koefesien korelasi antara skor butir dengan skor total untuk semua butir lebih besar dari 0,631, maka semua butir mempunyai korelasi signifikan dengan skor total tes. Dengan demikian maka semua butir tes dianggap valid atau dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar.
Uji reliabilitas
Dari soal diatas, selanjutnya akan dihitung koefesien reliabilitas dengan menggunakan rumus koefesien Alpha, yaitu:
Keterangan:
rii = koefisien reliabilitas tes
k = cacah butir
 = varian skor butir
 = varian skor total
Koefisien reliabilitas dari contoh diatas dapat dihitung dengan cara pertama-tama dihitung varian butir sebagai berikut:
Nomor butir
Varian Butir
1
2
3
4
5
6
7
1,24
1,29
0,56
1,16
1,44
1,69
1,24
Jumlah
8,62
Jadi koefesien reliabilitas tes (dengan 7 butir) pada contoh diatas adalah 0,97
Contoh Perhitungan Korelasi Butir untuk Soal Bentuk Objektif
Uji Validitas
Jika skor butir soal diskontinum (misalnya soal bentuk objektif dengan skor butir soal 0 atau 1) maka kita menggunakan koefesien korelasi biserial dan rumus yang digunakan untuk menghitung koefesien korelasi biserial antara skor butir soal dengan skor total tes adalah:
Keterangan:
rbis(i)      = koefesien korelasi beserial antara skor butir soal nomor i dengan skor total
X1         = rata-rata skor total responden yang menjawab benar butir soal nomor i
Xt         = rata-rata skor total semua responden
st          = standar deviasi skor total semua responden
pi          = proporsi jawaban yang benar untuk butir soal nomor i
qi          = proporsi jawaban yang salah untuk butir soal nomor i
Contoh hasil uji coba adalah sebagai berikut:
Nomor Responden
Nomor Butir Pertanyaan
Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
1
1
1
1
1
0
0
0
4
2
1
1
0
1
1
1
0
5
3
0
1
1
1
0
0
0
3
4
1
1
0
0
0
0
0
2
5
0
1
0
0
0
0
0
1
6
1
1
1
1
1
1
1
7
7
1
1
1
1
1
1
0
6
8
0
0
0
0
0
0
0
0
9
1
1
0
0
1
0
0
3
10
1
1
1
1
1
0
0
5
Jumlah
7
9
5
6
5
3
1
36
Xt = 3,60
St = 2,107
Nomor Butir
r-butir
r-tabel
Status
1
2
3
4
5
6
7
0,70
0,57
0,66
0,81
0,76
0,75
0,54
0,63
0,63
0,63
0,63
0,63
0,63
0,63
Valid
Tidak valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Tidak valid
Ternyata dari tujuh butir soal tes ada 5 butir yang valid dan dua butir tidak valid. Oleh karena itu perlu dilakukan perhitungan untuk menghitung koefesien antara skor butir dengan skor total baru (5 butir), sebagai berikut:
Data hasil uji coba adalah sebagai berikut:
Nomor Responden
Nomor Butir Pertanyaan
Jumlah
1
3
4
5
6
1
1
1
1
0
0
3
2
1
0
1
1
1
4
3
0
1
1
0
0
2
4
1
0
0
0
0
1
5
0
0
0
0
0
0
6
1
1
1
1
1
5
7
1
1
1
1
1
5
8
0
0
0
0
0
0
9
1
0
0
1
0
2
10
1
1
1
1
0
4
Jumlah
7
5
6
5
3
26
Xt = 2,6
St = 1,8
Untuk n = 10 dengan alpha sebesar 0,05 didapat nilai table r = 0,631. Karena niai koefesien korelasi biserial antara skor butir dengan skor total untuk semua butir lebih besar dari 0,631, maka semua butir mempunyai korelasi biserial yang signifikan dengan skor total tes. Dengan demikian maka semua butir tes (5 butir) dianggap valid atau dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar.
Uji Reliabilitas
Selanjutnya akan dihitung koefesien reliabilitas dengan menggunakan rumus KR-20, sebagai berikut:
Keterangan:
rii = koefesien reliabilitas tes
k = cacah butir
piqi = varian skor butir
pi    = proporsi jawaban yang benar untuk butir nomor i
qi     = proporsi jawaban yang salah untuk butir nomor i
   = varian skor total
Koefesien reliabitas dari contoh diatas adalah:
Pertama-tama dihitung varian butir (piqi) sebagai berikut:
Nomor butir
pi
qi
piqi
1
3
4
5
6
0,7
0,5
0,6
0,5
0,3
0,3
0,5
0,4
0,5
0,7
0,21
0,25
0,24
0,25
0,21
Jumlah
1,16
 = 1,16
St = 3,24
Jadi koefesien reliabilitas tes (dengan 5 butir) pada contoh diatas adalah 0,80.
Daftar Pustaka:
Anastasia, A & Susana Urbina. 1997. Psychological Testing. New  Jersey: Prentice-Hall Inc.
Arikunto, Suharsimi. 1995. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Djaali&Pudji Muljono. 2008. Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: PT Grasindo.
Gregory, Robert J. 2000. Psycological Testing: History, Principles and Aplications. Boston: Allyn and Bacon
Gronlund., dan Linn. 1990. Measurement and Evaluation in Teaching. Sixth Edition. New York: Macmillan Publishing Company.
Husaini, Usman, dkk. 2003. Pengantar Statistika. Jakarta: Bumi Aksara.
Kerlinger, EN. 1990. Azas-Azas Penelitian Behavioral (Alih Bahasa Simatupang dan Koesoemanto). Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Suharto. 2009. Uji Validitas, Reliabilitas, Instrumen, Penelitian. http://suhartoumm.blogspot.com/2009/10/uji-validitas-dalam-beberapa-pengertian.html
Sukadji, Soetarlinah. 2000. Menyusun dan Mengevaluasi Laporan Penelitian. Jakarta: UI-Press.
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kevalidan dari instrumen (kuesioner) yang digunakan dalam pengumpulan data yang diperoleh dengan cara mengkorelasi setiap skor variable jawaban responden dengan total skor masing-masing variabel, kemudian hasil korelasi dibandingkan dengan nilai kritis pada taraf siginifikan 0,05 dan 0,01. Tinggi rendahnya validitas instrumen akan menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud.

Komentar

PTK Pendidikan Agama Kristen

Pengertian Contoh Soal Mean Median Modus Kuartil, dan Desil, Rumus, Serta Cara Menghitung

CARA RESERT PRINTER CANON DENGAN SERVICE TOOL V3400

FASILITAS BELAJAR ( FACILITATING LEARNING ) 2 Memfasilitasi Pembelajaran Rhonda Robinson Northern Illinois University Michael Molenda